TEMPO.CO, Kupang - Masyarakat adat kampung Tarung di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, menggelar upacara adat setelah kebakaran yang mengakibatkan 28 rumah adat serta dua buah rumah ibadah penganut kepercayaan Marapu ludes dilalap si jago merah pada Sabtu lalu.
"Dalam peristiwa ini sebanyak 30 unit rumah adat Kampung Tarung terbakar. Peristiwa ini merupakan musibah dihadapi masyarakat adat Tarung, sehingga tidak ada pihak yang disalahkan di balik peristiwa ini," kata tokoh masyarakat adat Kampung Tarung Rato Lado Regi Tera ketika dihubungi Antara dari Kupang, Senin, 9 Oktober 2017.
Rato Lado mengatakan kebakaran yang melanda kampung Tarung di Kecamatan Loli, Sumba Barat, Sabtu lalu telah meluluh-lantakkan kawasan destinasi wisata budaya di Nusa Tenggara Timur itu.
Kampung Tarung ditetapkan menjadi salah satu destinasi wisata budaya di Nusa Tenggara Timur yang banyak dikunjungi wisatawan asing maupun wisatawan nusantara. Sebab, kampung tersebut memiliki keunggulan wisata budaya yang unik.
Menurut Rato Lado, kebakaran tersebut mengakibatkan peninggalan sejarah masa lalu milik warga ikut ludes. "Kami masih mengungsi ke rumah keluarga yang berada tidak jauh dari lokasi kejadian dan belum kembali ke Kampung Tarung," kata Rato Lado.
Ia menegaskan, masyarakat adat Kampung Tarung akan menggelar upacara adat sebagai tradisi masyarakat di Sumba untuk mengeluarkan api dari lokasi kejadian.
"Masyarakat adat Tarung merasa masih tinggal dalam api sehingga api yang ada itu harus dikeluarkan melalui upacara adat pada Rabu sehingga masyarakat bisa kembali menempati lokasi kampung Tarung dengan aman," kata Rato Lado.
Ia menegaskan, proses pembangunan rumah adat di Kampung Tarung dilakukan setelah upacara adat mengeluarkan api sudah dilakukan masyarakat adat.
Rato Lado mengatakan sejak kebakaran yang melanda kampung adat Tarung, pemerintah Kabupaten Sumba Barat langsung menyalurkan bantuan sembako kepada para korban.
ANTARA