TEMPO.CO, Pekanbaru - Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Inspektur Jenderal Arman Depari mengaku resah dengan maraknya peredaran narkoba asal Malaysia yang terus membanjiri Indonesia. Ia menilai aparat penegak hukum Malaysia tidak mampu mencegah peredaran narkoba antarnegara tetangga.
"Saya menilai mereka tidak berkompeten dan tidak ada komitmen dalam penindakan penyalahgunaan narkoba di ASEAN," katanya di Pekanbaru, Jumat, 6 Oktober 2017.
Menurut Arman, BNN sudah beberapa kali mempertanyakan komitmen Malaysia dalam menangani penyalahgunaan narkoba. Namun, kata dia, narkoba asal Malaysia kian marak masuk ke Indonesia. "Mungkin saja mereka tidak mampu dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba ini," ujarnya.
Baca: BNN Tembak Mati Anggota Jaringan Narkoba Malaysia-Indonesia
Arman menuturkan modus yang sering dilakukan jaringan internasional untuk menyelundupkan narkoba asal Malaysia ke Indonesia ialah memanfaatkan jalur gelap di perairan pantai timur Sumatera. Mereka melakukan transaksi memindahkan barang haram itu dari kapal ke kapal sesuai dengan titik koordinat yang sudah disepakati. "Mereka serah-terima di laut," ucapnya.
Menurut Arman, panjangnya garis pantai timur Sumatera, mulai Aceh hingga Lampung, termasuk pulau-pulau di Riau, menjadi titik rawan masuknya barang ilegal dan narkoba ke Indonesia.
Meski demikian, kata Arman, BNN bersama kepolisian dan Bea Cukai terus berupaya menjaga keamanan garis pantai Indonesia. "Kami berupaya melakukan pencegatan-pencegatan, baik di pelabuhan maupun pesisir pantai, baik yang berada di pedalaman maupun pulau-pulau perbatasan dengan negara tetangga," tuturnya.
Simak: Bertemu Delegasi Cina, Jaksa Agung Bahas Penyelundupan Narkoba
Kasus terbaru, BNN menangkap dua anggota jaringan narkoba internasional jalur Malaysia-Indonesia pada Kamis kemarin, 5 Oktober 2017, pukul 11.30, di Jalan Lintas Sumatera, Pekanbaru-Duri Kilometer 76. Kedua pelaku adalah Zaini dan Jafar, warga Binjai, Sumatera Utara.
BNN menyita sejumlah barang bukti, di antaranya 25 kilogram sabu-sabu, 25 butir ekstasi, 1 mobil Mitsubishi Pajero, 1 mobil Honda CRV, sejumlah telepon seluler, dan handy talky. Jafar terpaksa dilumpuhkan dengan timah panas karena berusaha kabur saat disergap. Ia tewas dalam perjalanan menuju Pekanbaru.
RIYAN NOFITRA