TEMPO.CO, Bandung - Tim peneliti dari Center for Remote Sensing Institut Teknologi Bandung (ITP) memprediksi aliran lahar panas erupsi Gunung Agung, Bali, berpotensi mengalir ke arah utara. Analisis potensi bahaya itu dilakukan dengan metode penginderaan jarak jauh, salah satunya memakai citra satelit.
Tim peneliti yang terdiri atas Ketut Wikantika, Asep Saepuloh, dan Tri Muji Susantoro, melihat tingginya aktivitas Gunung Agung belakangan ini. Mereka lantas melakukan studi penginderaan jauh untuk memprediksi potensi zona bahaya yang dapat ditimbulkan. Riset itu berlangsung kurang dari sepekan. “Itu analisis cepat untuk melakukan pemetaan prediksi potensi aliran lahar serta bom vulkanis dari Gunung Agung yang kemungkinan terjadi,” kata Ketut Wikantika saat dihubungi, Ahad, 1 Oktober 2017.
Baca: Gubernur Bali: Bila Gunung Agung Meletus, Aliran Listrik Aman
Data penginderaan jauh yang digunakan menggunakan citra satelit Landsat8 dan citra dari Shuttle Radar Topography Mission untuk mengetahui bentuk topografi gunung dan sekitarnya. Tim memakai referensi letusan Gunung Agung pada 1963, termasuk pembagian zona bahaya serta daerah aliran sungai (DAS). “Kita tidak tahu seberapa besar kekuatan erupsi Gunung Agung jika meletus tahun ini atau tahun depan,” ujarnya.
Tim menganalisis empat potensi letusan Gunung Agung, yaitu arah aliran lahar, bom-bom vulkanis, awan panas, serta lahar dingin yang turun akibat hujan deras setelah letusan. Potensi aliran lahar panas Gunung Agung mereka analisis berdasarkan kondisi DAS dari puncak gunung ke bawah serta analisis tebal-tipisnya kondisi kawah. Sedangkan potensi bom-bom vulkanis dianalisis dengan membuat zona bahaya berdasarkan referensi jarak dari puncak letusan pada 1963.
Simak: Fase Kritis Gunung Agung, Begini Tanda-tandanya
Hasilnya, tim peneliti memprediksi arah aliran lahar panas Gunung Agung masih akan cenderung bergerak ke arah utara. “Karena dinding kawah di utara lebih tipis dan lebih rendah ketimbang dinding kawah di bagian timur, selatan, atau barat,” kata Ketut.
Adapun potensi aliran lahar panas ke barat peluangnya terhitung kecil karena terdapat punggungan bukit. Studi dengan penginderaan jauh ini juga menunjukkan adanya potensi pergerakan aliran lahar panas hingga mencapai jarak 7,5 kilometer di sisi utara Gunung Agung.
Lihat: PUPR Rilis Daftar Infrastruktur Terdampak Gunung Agung
Menurut Ketut, masih ada data penginderaan jauh lainnya yang bisa digunakan untuk melengkapi analisis cepat tersebut, seperti data suhu yang bisa diperoleh dari citra termal serta data lainnya berdasarkan analisis bawah tanah (tomographic data). Tim kini tengah melengkapi analisis tersebut.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Agung dari level II (waspada) ke level III (siaga) pada 18 September 2017, pukul 21.00 Wita, karena terjadi peningkatan aktivitas vulkanis. Pada 1963, Gunung Agung yang meletus eksplosif mengakibatkan 1.700 orang meningga. Sebanyak 1.500 korban, di antaranya meninggal akibat terjangan awan yang berapi atau aerosol vulkanis yang dibawa dalam suhu tinggi.