TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah pengungsi bahaya erupsi Gunung Agung di Bali semakin bertambah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah pengungsi saat ini mencapai 96.086 jiwa, Rabu 27 September 2017. Mereka tersebar di 430 titik posko pengungsian. Sebelumnya, Selasa 26 September 2017 jumlah pengungsi masih berjumlah 75.637 yang berada 377 titik posko pengungsian.
“Jumlah pengungsi diperkirakan bertambah karena belum semua pendataan selesai dilakukan,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui keterangan pers yang diterima Tempo Rabu 27 September 2017.
Sutopo menjelaskan, pengungsi menyebar di sembilan kabupaten/kota diantaranya, Kabupaten Badung 15 titik (5.879 jiwa), Kabupaten Bangli 30 titik (5.076 jiwa), Kabupaten Buleleng 26 titik (16.901 jiwa), Kota Denpasar 27 titik (2.539 jiwa), Kabupaten Gianyar 13 titik (1.011 jiwa), Kabupaten Jembrana 29 titik (514 jiwa), Kabupaten Karangasem 100 titik (39.859 jiwa), Kabupaten Klungkung 162 titik (19.456 jiwa), dan Kabupaten Tabanan 27 titik (4.851 jiwa).
Baca juga: Pengungsi Gunung Agung Bali Mencapai 75.673 Jiwa
Menurut Sutopo, aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tetap tinggi. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan hingga kini terpantau 329 kali gempa vulkanik dangkal, 444 kali gempa vulkanik dalam, dan 56 kali gempa tektonik lokal. Secara visual, kata Sutopo, asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tinggi 50 meter di atas kawah puncak.
“Jumlah gempa ini lebih banyak Bahkan gempa dirasakan juga meningkat daripada Selasa kemarin,” ujarnya.
Sutopo mengatakan, peluang terjadinya letusan Gunung Agung cukup besar. Namun dia tidak memastikan kapan akan meletus.
“Sampai kapan masyarakat mengungsi tidak dapat diperkirakan. Tergantung dari Gunung Agung. Selama status awas maka masyarakat tidak diijinkan melakukan aktivitas di radius berbahaya,” katanya.
Sutopo menuturkan, untuk mengantisipasi letusan Gunung Agung, BNPB telah memasang lima unit sirene mobile iCast Rapid Deployment Public Notification System (iRADITIF). Sirine tersebut, kata Sutopo sebagai sarana peringatan kepada masyarakat agar menghindar dari bahaya letusan Gunung Agung.
“Sirine dipasang di Polsek Kubu, Pos Polisi Tianyar, Polsek Selat, dan Polsek Rendang, (Kabupaten Karangasem). Sirine ini dengan kekuatan bunyi bisa mencapai 2 kilometer,”ungkapnya.
Selain itu, kata Sutopo, BNPB juga memasang rambu-rambu evakuasi untuk menginformasikan posisi di lapangan dari radius berbahaya. Radius berbahaya letusan Gunung Agung ditetapkan di peta.
AHMAD A G TEHUAYO