INFO NASIONAL - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya meresmikan Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana (KLMB) di Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa, 26 September 2017. Menurut dia, kehadiran pusat studi seperti KLMB ini sangat penting bagi Indonesia.
KLMB, yang merupakan program riset bersama antara Kementerian Lingkungan dan Fakultas Geografi UGM ini dibangun sebagai pusat inovasi pengelolaan lingkungan serta mitigasi bencana berkelas dunia. Menteri Siti menuturkan ada beberapa alasan pentingnya keberadaan KLMB ini di Indonesia. Pertama, karena Indonesia adalah negara besar, memiliki wilayah luas, jumlah penduduk yang banyak, serta memiliki variasi lanskap dan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Untuk itu, diperlukan pusat-pusat studi dalam subyek lingkungan dan alam.
Kedua, letak geografis Indonesia yang berada di dalam ring of fire menjadikannya sebagai negara yang rawan akan bencana. Namun sisi positifnya adalah Indonesia dianugerahi lahan yang subur serta sumber daya alam yang melimpah. KLMB hadir mengantisipasi berbagai bencana yang sewaktu-waktu melanda Indonesia. Ketiga, pada aspek pengendalian perubahan iklim, dunia internasional sangat memperhitungkan Indonesia. Mendukung hal itu, kehadiran KLMB sebagai salah satu instrumen pendukung menjadi sangat penting. "Dalam waktu dekat, melalui laboratorium (KLMB) ini kita akan bangun laboratorium ketahanan terhadap perubahan iklim,” tuturnya
Menteri Siti memuji KLMB ini dengan menyebutnya sebagai pusat studi pengembangan keilmuan yang dikembangkan atas persoalan yang serius dengan dasar ilmu geografi atau kebumian di tengah masyarakat. “KLMB ini akan menjadi pusat kajian, studi, dan informasi dengan ciri memberikan edukasi kepada masyarakat. Banyak hal yang bisa dikeluarkan dari KLMB ini dan betul-betul akan memberi kontribusi kepada kebijakan nasional,” katanya.
Pada kesempatan ini, Menteri Siti juga menjadi pembicara kunci kegiatan seminar nasional Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (DAS). Seminar ini bertujuan mengembangkan ilmu pengetahuan melalui diskusi ilmiah serta penyebarluasan hasil penelitian terkait dengan pengelolaan pesisir serta DAS.
Dalam paparannya, Menteri Siti menyampaikan beberapa kunci sukses pengelolaan DAS di Indonesia. Menurut Siti, kerusakan DAS berdampak pada bencana lingkungan, seperti banjir, tanah longsor, juga kekeringan. Untuk mencegah itu, menurut dia, sangat penting mengelola DAS dengan baik. Di antaranya melakukan pendekatan melalui pengembangan wilayah dan harus ada konfigurasi bisnis baru seperti pengelolaan wilayah hutan di DAS bersama-sama masyarakat melalui perhutanan sosial. Selain itu, pengelolaan DAS harus dilakukan dengan langkah-langkah yang dapat diukur. Lebih mendasar lagi, kata Siti, adalah sinergi kelembagaan dengan komitmen perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan DAS.
Mengakhiri pidatonya, Menteri Siti berpesan kepada semua peserta seminar untuk terus menanam pohon di lingkungan sekitarnya. “Setidaknya menanam minimal 25 pohon selama seumur hidup. Mari kita bawa hutan ke halaman rumah kita,” ucapnya. (*)