TEMPO.CO, Jakarta - Istri sutradara film Pengkhianatan G30S PKI, Jajang C Noer, menceritakan bagaimana Arifin C Noer dalam membuat film tersebut. Dia mengatakan Arifin menggarap film itu dengan sungguh-sungguh.
"Mas Arifin tidak sembrono dalam membuat film. Dia selalu detail," ujar Jajang dalam diskusi film G30S PKI, di Menteng, Jakarta, pada Sabtu, 23 September 2017.
Arifin menyutradarai film Pengkhianatan G30S PKI saat berusia 43 tahun. Film tersebut menjadi karyanya yang ke-7 setelah film Djakarta 1966.
Film G30S PKI yang disutradarai Arifin C Noer ini meraih penghargaan untuk skenario terbaik pada tahun 1984. Selain itu, film ini juga meraih Piala Antemas untuk film Indonesia terlaris tahun 1985. Di masa Orde Baru, film ini wajib diputar setiap tanggal 30 September untuk memperingati insiden G30S PKI pada tahun 1965.
Jajang menjelaskan, dalam proses pembuatan film ini, Arifin memperhatikan setiap detail adegan. Dia mengatakan Arifin tidak sembarangan. "Dari ikat pinggang dan asbak yang dipakai dua kali saja dia tahu," katanya.
Jajang bertutur Arifin dan tim menghabiskan waktu kurang lebih selama dua tahun untuk riset dan produksi film. Dia mengatakan pengambilan gambar cukup lama karena di setiap tempat memakan waktu tidak sebentar. "Di setiap rumah jenderal saja, itu menghabiskan waktu satu minggu," tuturnya.
Saat mencari pemeran film G30S PKI, kata Jajang, Arifin menyebar asisten-asisten produksi untuk mencari orang yang mirip dengan wajah tokoh yang akan diperankan. Asisten-asisten itu pun mencari ke berbagai tempat yang banyak dikunjungi orang, misalnya di masjid dan gereja. "Dari situlah cara mencari aktor. Pertama cari dulu wajah yang mirip," tutur dia.
Jajang mengatakan, pencarian pemain untuk film itu cukup sulit karena Arifin menggunakan aktor-aktor yang kurang terkenal. Pada saat pengambilan gambar, Arifin langsung mengarahkan pemainnya untuk berakting. Ia pun memuji kepiawaian suaminya dalam menyiasiti kekurangan para pemainnya.
“Film itu bergantung pada sutradara. Kalau sutradaranya biasa, sebagus apa pun aktornya, akan biasa saja, begitu juga sebaliknya," ucapnya.
Jajang mengatakan Arifin membuat film Pengkhianatan G30S PKI atas dasar kecintaan kepada bangsa. Dia menuturkan, pada saat itu membuat film bertema sejarah merupakan hal yang berat, karena berhubungan dengan sulitnya riset dan data. "Data yang dipakai adalah data yang ada pada saat itu," kata dia.
SYAFIUL HADI