Bupati Dedi Bicara Soal Filosofi Egrang dan Demokrasi
Sabtu, 19 Agustus 2017 20:02 WIB
INFO PURWAKARTA - Ribuan pelajar, aparatur sipil negara (ASN) dan masyarakat umum di Purwakarta, Jawa Barat, mengikuti Festival Panji Demokras Purwakarta Sila ke-4 Pancasila, yang dihelat di Desa Wanayasa, Jumat malam, 19 Agustus 2017. Yang menarik dalam festival tersebut mayoritas peserta menggunakan egrang, permainan tradisional terbuat dari bambu, untuk menempuh perjalanan dari lokasi star di Balai Desa Pemeungpeuk ke Balai Desa Wanayasa yang berjarak sekitar 1,5 kilometer.
Egrang sengaja dipilih sebagai tema Festival Panji Demokrasi bertajuk Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan, karena memiliki filosofi demokrasi yang ideal.
“Demokrasi sesungguhnya kan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Egrang, saya fahami bisa mengajarkan keseimbangan itu,” kata Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, saat berbicara di sela acara festival.
Jika demokrasi sudah seimbang, lanjut Kang Dedi, sapaan akrabnya, maka negeri ini dapat mencapai kemakmuran. "Kegiatan festival Sila ke-4,malam ini, adalah pendidikan menuju arah itu," ujarnya.
Pria yang kini gandrung dengan pakaian celanan jeans dipadu kemeja putih plus kopiah hitam beremblem burung Garuda itu, menegaskan komitmennya untuk memelihara dan melestarikan permainan tradisional egrang.
Kang Dedi memandang sebenarnya bentuk kemodernan itu ada dalam hal-hal yang bersifat tradisional. Dalam permainan tradisional egrang itu salah satunya. "Maka anak-anak harus kembali bermain permainan tradisional karena ada nilai pendidikan yang kuat di dalamnya. Akar tradisi mereka harus tetap kokoh,” ujarnya.
Karena alasan permainan tradisional itu pula Kang Dedi kemudian menghelat festival tidak dilakukan di pusat kota melainkan di pedesaan. “Selama ini, setiap perhelatan akbar selalu difokuskan di kota. Kini waktunya masyarakat desa menikmati hiburan di alamnya sendiri," tutur Kang Dedi.
Permainan tradisional egrang di Purwakarta yang sebelumnya nyaris pupus itu, kini kembali dipopulerkan. Tak hanya di kalangan anak-anak pedesaan, tetapi juga di sudut-sudut perkotaan.
Bahkan, pada 2012 lalu, festival egrang diikuti oleh 14.570 orang sehingga memecahkan rekor MURI. Dan, untuk mengabadikannya, Pemkab Purwakarta kemudian membuat patung seorang anak sedang bermain egrang di pertigaan jalan Sudirman-Veteran-Pahlawan, Kota Purwakarta.(*)