Bung Karno saat mengucapkan doa syukur atas usai membacakan teks proklamasi pada Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1745 .
TEMPO.CO, Jakarta - Teks proklamasi 17 Agustus 1945 asli dengan tulisan tangan Presiden RI Pertama Sukarno sempat disimpan selama 49 tahun oleh wartawan senior Burhanuddin Mohammad Diah atau akrab disapa BM Diah. Pendiri Harian Merdeka tersebut mengambil teks proklamasi asli yang dibuang pengetik naskah proklamasi, Sayuti Melik.
"Dia (BM Diah) cerita kepada saya, ketika Sayuti Melik ngetik teks Proklamasi 17 Agustus, yang disuruh Bung Karno, saat itu Diah sedang melihat (Sayuti) dari belakang," kata Dasman Djamaluddin, penulis buku 'Butir-butir Padi B.M. Diah, Tokoh Sejarah yang Menghayati Zaman' saat diwawancara Tempo pada Rabu, 16 Agustus 2017.
Menurut Dasman, Sayuti Melik kemudian membuang teks Proklamasi tulisan tangan Bung Karno ke tempat sampah. Karena yang dipakai memproklamirkan kemerdekaan adalah naskah hasil ketikan Sayuti. "Kemudian Diah memungut (naskah Proklamasi) itu, dimasukin ke saku celananya," tutur Dasman.
BM Diah adalah satu di antara tokoh bagian dari sejarak kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada malam 16 Agustus 1945, BM Diah hadir dalam perumusan naskah proklamasi.
Teks proklamasi asli itu pun kemudian disimpan selama 49 tahun oleh BM Diah. Naskah itu dibawa Diah ketika bertugas sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Thailand dan Ceko. Diah juga adalah seorang wartawan, kemudian mendirikan Harian Merdeka beberapa waktu setelah Indonesia merdeka. "Feeling jurnalis seperti itu, itu momen penting, karena momen memberi ke pemerintah belum tepat saat itu," kata Dasman.
Setelah sekian lama disimpan, pada 29 Mei 1992 BM Diah menyerahkan teks Proklamasi 17 Agustus 1945 asli itu ke Presiden Soeharto. Kala itu, Diah sudah pensiun dan sudah menginjak usia 75 tahun. Penyerahan naskah tersebut diabadikan wartawan, karena sebelumnya dikira sudah lenyap. Diah kemudian meminta Dasman menulis tentang hidupnya.