Dua tersangka kasus Diksar Mapala UII keluar dari tahanan untuk menjalani pemeriksaan di Polres Karanganyar 7 Februari 2017. Hingga saat ini polisi telah memeriksa 44 saksi terkait kasus diksar yang menyebabkan tiga peserta tewas. TEMPO/Ahmad Rafiq
TEMPO.CO, Karanganyar - Kepolisian Resor Karanganyar akan menggelar rekonstruksi kasus kekerasan dalam Pendidikan Dasar Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Islam Indonesia (Diksar Mapala UII), Senin, 13 Maret 2017. Rekonstruksi digelar di lokasi penyelenggaraan diksar di lereng Gunung Lawu.
Wakil Kepala Polres Karanganyar Komisaris Prawoko mengatakan rekonstruksi dilakukan untuk melengkapi berkas perkara. “Penyidik merasa perlu dilakukan rekonstruksi,” kata dia.
Menurut Prawoko, tim penyidik tengah melakukan persiapan di sekitar tempat kejadian perkara. Mereka juga tengah menunggu saksi yang diikutkan dalam acara itu. “Ada puluhan saksi yang ikut,” ujarnya.
Rekonstruksi kasus kekerasan itu dilakukan di beberapa titik. Rekonstruksi digelar di posko utama, lapangan pemberangkatan, lapangan kemah, dan tempat latihan panjat tebing.
Hingga saat ini, polisi baru menetapkan dua tersangka dalam kasus yang mengakibatkan tiga korban jiwa itu. Salah satu tersangka berstatus mahasiswa dan satunya lagi sebagai alumni.
Namun polisi membuka peluang adanya tersangka baru setelah mendapat bukti penting berupa rekaman video dan foto pelaksanaan diksar. Tersangka baru itu bisa lebih dari lima orang.
Dalam diksar mapala tersebut, tiga peserta meninggal dunia. Mereka adalah Muhammad Fadli, 20 tahun, dari Batam; Syaits Asyam (20) dari Sleman; dan Ilham Nurpadmy Listia Adi (20) dari Lombok Timur. Ketiganya merupakan mahasiswa UII angkatan 2015. Pemeriksaan di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, menemukan sejumlah luka luar dan dalam pada tubuh almarhum Asyam dan Ilham.
Sebanyak 37 peserta yang mengikuti pendidikan dasar di lereng Gunung Lawu, Desa Tlogodlingo, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, itu terdiri atas 34 laki-laki dan tiga perempuan. Peserta dibagi menjadi lima regu, yang masing-masing didampingi tiga instruktur operasional.