Dua Korban Banjir di Kediri Ditemukan Tak Bernyawa
Editor
Dwi Arjanto
Kamis, 26 Januari 2017 13:33 WIB
TEMPO.CO, Kediri - Dua remaja korban banjir di Kabupaten Kediri ditemukan dalam kondisi tewas. Sejumlah rumah dan jembatan hanyut dalam musibah banjir bandang dari lereng Gunung Wilis.
Dua remaja yang sempat hilang ditelan banjir bandang akibat meluapnya Sungai Klepu di Desa Parang, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, berhasil ditemukan hari ini, Kamis, 26 Januari 2017. Petugas gabungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan kepolisian Kediri yang menyisir sejak kemarin mendapati keduanya tewas terseret air bah hingga 12 kilometer dari lokasi hanyut.
“Kedua korban sudah ditemukan pagi ini,” kata Sekretaris BPBD Kabupaten Kediri Hari Wahyu kepada Tempo, Kamis, 26 Januari 2017.
Mereka adalah Hadi Busro, 18 tahun, warga Kelurahan Banjarmlati, Kota Kediri, serta Sofa, 17 tahun, warga Dusun Pojok, Desa Tiron, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri. Kedua remaja hanyut terseret air bah saat sedang bermain di Sungai Klepu bersama lima remaja lain.
Saat air bah datang, keduanya tak bisa keluar sungai dan terseret sangat jauh sebelum ditemukan meninggal dunia dengan sejumlah luka akibat terbentur material sungai.
Hari Wahyu menuturkan banjir ini tak menimbulkan genangan air karena langsung surut terbawa arus sungai. Hanya saja, banyaknya debit air yang turun dari lereng Gunung Wilis membuat aliran sungai sangat deras dan merusak sejumlah infrastruktur di sekitar sungai. Sedikitnya empat jembatan yang melintang di atas Sungai Klepu rusak dengan rincian satu hanyut serta tiga rusak pada bagian pondasi dan sayap jembatan. “Jembatan yang putus kecil dan hanya dilalui sepeda motor. Ada alternatif jembatan lain di sebelahnya,” kata Hari.
Simak juga:
PAN Tegaskan Patrialis Sudah Bukan Kadernya
Menurut pantauan BPBD setempat, banjir itu karena tingginya debit air yang turun dari lereng Gunung Wilis setelah diguyur hujan beberapa waktu. Dia menduga terjadi longsoran di aliran sungai di kawasan hulu yang jebol akibat diterjang air. Longsoran inilah yang terbawa ke bawah dengan membawa gelondongan kayu dan batuan besar.
Hari membantah banjir itu akibat penggundulan hutan yang terjadi di puncak Gunung Wilis. Berdasarkan koordinasi dengan Perhutani, kawasan puncak yang menjadi hulu aliran Sungai Klepu adalah hutan lindung. Karena itu, dipastikan tak ada penebangan hutan liar di kawasan itu.
Untuk mencegah terjadinya korban berikutnya, BPBD mengimbau warga yang beraktivitas dan bermukim di bantaran sungai yang berhulu di lereng Wilis berhati-hati saat hujan berlangsung. Sebab, dikhawatirkan debit air sungai mendadak tinggi akibat luapan dari puncak gunung.
Kamis pagi, kedua korban meninggal dalam musibah itu dimakamkan. Warga berharap ada peringatan dini jika terjadi luapan air dari puncak Gunung Wilis. “Sebab, banyak warga yang beraktivitas di sungai,” tutur Sukron, warga Kecamatan Banyakan.
HARI TRI WASONO