Satelit rakitan dalam negeri bernama LAPAN A2/LAPAN ORARI yang akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Bogor, Jawa Barat, Kamis, 3 September 2015. Peluncurannya sendiri akan dilakukan di pusat antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India. Nantinya, satelit akan dibawa ke orbit dengan ditumpangkan pada roket India bersama satelit penelitian astronomi milik Organisasi Riset Antariksa India. [TEMPO/Subekti; SB2015090312] KOMUNIKA ONLINE
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) akan mulai memanfaatkan data dari Satelit A2 dan A3 yang dimilikinya untuk mengkonfirmasi titik panas atau hotspot guna membantu melakukan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2017.
"Pada 2016, belum ada data dari satelit Lapan A2 dan A3 untuk pemantauan kebakaran hutan dan lahan. Tahun ini (2017) akan dicoba dengan merujuk pada data hotspot sebagai peringatan dini," kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin kepada Antara di Jakarta, Senin, 23 Januari 2017.
Satelit Lapan A2 yang melintasi Indonesia sebanyak 14 kali per hari, menurut dia, diharapkan menjadi salah satu cara mengkonfirmasi keberadaan titik api. Sedangkan satelit Lapan A3 melintasi Indonesia sebanyak dua-tiga kali pada siang hari dan dua-tiga kali pada malam hari dengan waktu melintas sekitar pukul 07.00-09.00 dan 19.00-21.00 WIB.
"Data satelit Lapan A2 dan A3 mungkin saja bisa dimanfaatkan untuk pemantauan kebakaran hutan dan lahan, walau tidak secara rutin, mengingat sensornya bisa dimanfaatkan untuk pemantauan permukaan bumi," ucapnya.
Meski demikian, ia menuturkan pengamatan secara optik hanya bisa dilakukan pada siang hari. Pengamatan khusus untuk mendeteksi titik panas kemungkinan bisa dilakukan pada malam hari, tapi belum dilakukan uji coba.
Sebelumnya, Thomas berujar, sejak menerima arahan Presiden Joko Widodo pada 2016 untuk mengintensifkan pencegahan karhutla, Lapan mengintensifkan info titik panas sebagai bentuk peringatan dini untuk pencegahan. Info tersebut diberikan via situs resmi www.lapan.go.id dan aplikasi Android.
Selain itu, ia mengatakan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya sudah mengeluarkan surat bahwa rujukan informasi data titik panas adalah data dari Lapan yang mengintegrasikan data dari berbagai satelit.
Thomas menegaskan, hal yang terpenting untuk pencegahan adalah pemahaman makna info titik panas. Untuk pencegahan karhutla, info koordinat lokasi dan tingkat kepercayaan data sangat penting untuk melakukan langkah yang memang diperlukan.
Sementara itu, dalam rapat koordinasi pengendalian karhutla 2017 dengan agenda evaluasi pelaksanaan pengendalian karhutla 2016 dan koordinasi rencana aksi 2017 di Istana Negara, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menyatakan sudah ada koordinasi sembilan kementerian dan lembaga dengan pemerintah provinsi rawan kebakaran hutan dalam memonitor lahan titik api.
Sembilan kementerian dan lembaga itu antara lain Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Kementerian Pertanian; Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG); Lapan; Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB); TNI; dan Polri.