TEMPO.CO, Jakarta - Perkawinan anak di Indonesia saat ini masih tergolong marak. Kondisi memprihatinkan itu berdampak pada turunnya kualitas hidup pelaku perkawinan anak di masa depan. "Indonesia negara kedua di ASEAN setelah Kamboja," kata Ketua Kalyanamitra, Listyowati, di Jakarta, Minggu, 18 Desember 2016. Sedangkan di dunia, Indonesia menempati urutan ke-37.
Menurut Listyowati, satu dari lima anak di Indonesia menikah di bawah umur. "Jadi kondisinya memang mengkhawatirkan," katanya.
Menurut Listyowati, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan batas minimal usia perkawinan adalah 16 tahun. Masyarakat sipil, termasuk Kalyanamitra, kata Listyowati, menyatakan tidak setuju dengan batas tersebut. Dia mengusulkan batas usia minimal perkawinan adalah 18 tahun. Karena itulah dorongan agar pemerintah menghentikan praktek perkawinan anak diusulkan melalui perpu. Listyowati mengaku pihaknya telah mengajukan draf perpu soal pencegahan dan penghentian praktek perkawinan anak ke pemerintah Joko Widodo sejak awal 2016.
Beberapa usulan dalam draf tersebut adalah mengubah batas usia perkawinan menjadi 18 tahun, sesuai konvensi hak anak; pelibatan peran keluarga dan sekolah dalam pencegahan perkawinan anak; serta meniadakan dispensasi perkawinan.
Dispensasi perkawinan, kata Listyowati, sering terjadi di masyarakat. Misalnya, penghulu membolehkan anak yang masih berada di bawah usia 16 tahun untuk menikah karena pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya orang tua menikahkan anak karena hamil duluan. "Kami ingin tidak ada lagi dispensasi perkawinan, karena begitu ada, ini jadi celah lagi perkawinan anak," kata Listyowati.
Praktek perkawinan anak dianggap akan membuat masa depan anak menjadi tidak lebih baik. Sebab, dalam banyak kasus perkawinan anak membuat aspek pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan semakin memprihatinkan. Banyak anak harus putus sekolah karena perkawinan. Dari aspek kesehatan, perkawinan anak juga dianggap membuat tingginya angka kematian ibu melahirkan atau gizi buruk pada anak. Sedangkan dari ketenagakerjaan, kurangnya keterampilan membuat pelaku perkawinan anak menjadi pekerja yang tidak memiliki keterampilan sehingga diupah rendah.
Duta stop perkawinan anak, Mentari Putri Novel, mengatakan perkawinan anak banyak terjadi di daerah timur Indonesia. "Dampak negatif perkawinan anak terlihat dari tingginya kemiskinan dan rendahnya kualitas pendidikan," kata Mentari.
Sebagai Duta, Mentari berkeinginan agar praktek perkawinan anak bisa dihentikan. "Saya juga mengkampanyekan penghentian perkawinan anak melalui media sosial," katanya.
AMIRULLAH
Berita terkait
Bamsoet Soroti Isu Stunting, Anak Putus Sekolah juga Kematian Ibu dan Bayi
4 Maret 2024
Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet mengatakan, negara harus memberi perhatian lebih kepada masyarakat yang lemah dan berkekurangan, dengan berpijak pada data-data resmi tentang stunting, anak putus sekolah, hingga kematian ibu dan bayi.
Baca SelengkapnyaAngka Kematian Ibu di Jakarta Turun, Sempat Naik saat Pandemi
13 Mei 2023
Kabar baik. Angka kematian ibu di DKI Jakarta yang sempat naik di masa pandemi kini kembali turun
Baca SelengkapnyaAsal Usul Hari Bidan Sedunia, Ini Tema di Tahun 2023
5 Mei 2023
Hari Bidan Sedunia atau International Day of the Midwife (IDM) dirayakan setiap tanggal 5 Mei setiap tahunnya. Hari Bidan Sedunia dirayakan sebagai bentuk penghomatan kepada profesi bidan yang selalu melayani masyarakat dalam kebidanan dan ginekologi.
Baca SelengkapnyaTekan Kasus Kematian Ibu dan Anak, RSHS Bandung Bangun Gedung 8 Lantai
17 November 2022
Pembangunan Gedung Pusat Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak RSHS Bandung dibiayai oleh Islamic Development Bank (IsDB).
Baca SelengkapnyaBuku Kesehatan Ibu dan Anak Bisa Jadi Pedoman Orang Tua Cegah Anak Stunting
25 Juli 2022
Keluarga memiliki peran dalam menurunkan angka stunting atau kekerdilan. Caranya dengan gunakan buku kesehatan ibu dan anak.
Baca SelengkapnyaPentingnya Peran Bidan Cegah Masalah Prenatal
26 Januari 2022
Good Doctor memberikan akses dan memperkenalkan layanan kesehatan digital bagi bidan dalam menangani kasus prenatal
Baca SelengkapnyaTekan Kematian Ibu dan Bayi, Menteri Muhadjir Effendy Dorong Program Ayah Siaga
11 Juni 2021
Muhadjir Effendy menerangkan, secara teknis, program Ayah Siaga merupakan kelas ibu hamil dengan aneka permainan.
Baca SelengkapnyaPemerintah Thailand Bakal Bantu Carikan Pasangan Untuk Warganya yang Jomblo
13 Februari 2021
Kementerian Kesehatan Thailand meluncurkan program "Marriage for Building Nation" yang akan membantu mencarikan pasangan bagi warganya yang jomblo.
Baca SelengkapnyaIlmu Kesehatan Reproduksi Kunci Atasi Angka Kematian Ibu Anak
19 Juli 2019
Kematian ibu dan anak masih menjadi masalah yang harus dihadapi masyarakat Indonesia. Apa saja penyebab tingginya kematian ibu dan anak?
Baca SelengkapnyaMelahirkan Lebih dari Dua Kali, Ketahui Risikonya
18 Juli 2019
Seorang ibu yang melahirkan anak lebih dari dua berisiko mengalami pendarahan yang lebih serius saat persalinan setelah anak kedua.
Baca Selengkapnya