Perkawinan Anak Marak di Indonesia  

Reporter

Editor

Agung Sedayu

Minggu, 18 Desember 2016 16:28 WIB

Ilustrasi pasangan merencanakan pernikahan. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Perkawinan anak di Indonesia saat ini masih tergolong marak. Kondisi memprihatinkan itu berdampak pada turunnya kualitas hidup pelaku perkawinan anak di masa depan. "Indonesia negara kedua di ASEAN setelah Kamboja," kata Ketua Kalyanamitra, Listyowati, di Jakarta, Minggu, 18 Desember 2016. Sedangkan di dunia, Indonesia menempati urutan ke-37.

Menurut Listyowati, satu dari lima anak di Indonesia menikah di bawah umur. "Jadi kondisinya memang mengkhawatirkan," katanya.

Menurut Listyowati, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan batas minimal usia perkawinan adalah 16 tahun. Masyarakat sipil, termasuk Kalyanamitra, kata Listyowati, menyatakan tidak setuju dengan batas tersebut. Dia mengusulkan batas usia minimal perkawinan adalah 18 tahun. Karena itulah dorongan agar pemerintah menghentikan praktek perkawinan anak diusulkan melalui perpu. Listyowati mengaku pihaknya telah mengajukan draf perpu soal pencegahan dan penghentian praktek perkawinan anak ke pemerintah Joko Widodo sejak awal 2016.

Beberapa usulan dalam draf tersebut adalah mengubah batas usia perkawinan menjadi 18 tahun, sesuai konvensi hak anak; pelibatan peran keluarga dan sekolah dalam pencegahan perkawinan anak; serta meniadakan dispensasi perkawinan.

Dispensasi perkawinan, kata Listyowati, sering terjadi di masyarakat. Misalnya, penghulu membolehkan anak yang masih berada di bawah usia 16 tahun untuk menikah karena pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya orang tua menikahkan anak karena hamil duluan. "Kami ingin tidak ada lagi dispensasi perkawinan, karena begitu ada, ini jadi celah lagi perkawinan anak," kata Listyowati.

Praktek perkawinan anak dianggap akan membuat masa depan anak menjadi tidak lebih baik. Sebab, dalam banyak kasus perkawinan anak membuat aspek pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan semakin memprihatinkan. Banyak anak harus putus sekolah karena perkawinan. Dari aspek kesehatan, perkawinan anak juga dianggap membuat tingginya angka kematian ibu melahirkan atau gizi buruk pada anak. Sedangkan dari ketenagakerjaan, kurangnya keterampilan membuat pelaku perkawinan anak menjadi pekerja yang tidak memiliki keterampilan sehingga diupah rendah.

Duta stop perkawinan anak, Mentari Putri Novel, mengatakan perkawinan anak banyak terjadi di daerah timur Indonesia. "Dampak negatif perkawinan anak terlihat dari tingginya kemiskinan dan rendahnya kualitas pendidikan," kata Mentari.

Sebagai Duta, Mentari berkeinginan agar praktek perkawinan anak bisa dihentikan. "Saya juga mengkampanyekan penghentian perkawinan anak melalui media sosial," katanya.

AMIRULLAH

Berita terkait

Bamsoet Soroti Isu Stunting, Anak Putus Sekolah juga Kematian Ibu dan Bayi

4 Maret 2024

Bamsoet Soroti Isu Stunting, Anak Putus Sekolah juga Kematian Ibu dan Bayi

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet mengatakan, negara harus memberi perhatian lebih kepada masyarakat yang lemah dan berkekurangan, dengan berpijak pada data-data resmi tentang stunting, anak putus sekolah, hingga kematian ibu dan bayi.

Baca Selengkapnya

Angka Kematian Ibu di Jakarta Turun, Sempat Naik saat Pandemi

13 Mei 2023

Angka Kematian Ibu di Jakarta Turun, Sempat Naik saat Pandemi

Kabar baik. Angka kematian ibu di DKI Jakarta yang sempat naik di masa pandemi kini kembali turun

Baca Selengkapnya

Asal Usul Hari Bidan Sedunia, Ini Tema di Tahun 2023

5 Mei 2023

Asal Usul Hari Bidan Sedunia, Ini Tema di Tahun 2023

Hari Bidan Sedunia atau International Day of the Midwife (IDM) dirayakan setiap tanggal 5 Mei setiap tahunnya. Hari Bidan Sedunia dirayakan sebagai bentuk penghomatan kepada profesi bidan yang selalu melayani masyarakat dalam kebidanan dan ginekologi.

Baca Selengkapnya

Tekan Kasus Kematian Ibu dan Anak, RSHS Bandung Bangun Gedung 8 Lantai

17 November 2022

Tekan Kasus Kematian Ibu dan Anak, RSHS Bandung Bangun Gedung 8 Lantai

Pembangunan Gedung Pusat Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak RSHS Bandung dibiayai oleh Islamic Development Bank (IsDB).

Baca Selengkapnya

Buku Kesehatan Ibu dan Anak Bisa Jadi Pedoman Orang Tua Cegah Anak Stunting

25 Juli 2022

Buku Kesehatan Ibu dan Anak Bisa Jadi Pedoman Orang Tua Cegah Anak Stunting

Keluarga memiliki peran dalam menurunkan angka stunting atau kekerdilan. Caranya dengan gunakan buku kesehatan ibu dan anak.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Peran Bidan Cegah Masalah Prenatal

26 Januari 2022

Pentingnya Peran Bidan Cegah Masalah Prenatal

Good Doctor memberikan akses dan memperkenalkan layanan kesehatan digital bagi bidan dalam menangani kasus prenatal

Baca Selengkapnya

Tekan Kematian Ibu dan Bayi, Menteri Muhadjir Effendy Dorong Program Ayah Siaga

11 Juni 2021

Tekan Kematian Ibu dan Bayi, Menteri Muhadjir Effendy Dorong Program Ayah Siaga

Muhadjir Effendy menerangkan, secara teknis, program Ayah Siaga merupakan kelas ibu hamil dengan aneka permainan.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Thailand Bakal Bantu Carikan Pasangan Untuk Warganya yang Jomblo

13 Februari 2021

Pemerintah Thailand Bakal Bantu Carikan Pasangan Untuk Warganya yang Jomblo

Kementerian Kesehatan Thailand meluncurkan program "Marriage for Building Nation" yang akan membantu mencarikan pasangan bagi warganya yang jomblo.

Baca Selengkapnya

Ilmu Kesehatan Reproduksi Kunci Atasi Angka Kematian Ibu Anak

19 Juli 2019

Ilmu Kesehatan Reproduksi Kunci Atasi Angka Kematian Ibu Anak

Kematian ibu dan anak masih menjadi masalah yang harus dihadapi masyarakat Indonesia. Apa saja penyebab tingginya kematian ibu dan anak?

Baca Selengkapnya

Melahirkan Lebih dari Dua Kali, Ketahui Risikonya

18 Juli 2019

Melahirkan Lebih dari Dua Kali, Ketahui Risikonya

Seorang ibu yang melahirkan anak lebih dari dua berisiko mengalami pendarahan yang lebih serius saat persalinan setelah anak kedua.

Baca Selengkapnya