Warga Mahakam Ulu Tolak Tapal Batas Digeser untuk Perusahaan

Reporter

Selasa, 6 Desember 2016 23:11 WIB

Kawasan Hutan Taman Nasional Kutai daerah Kaba, Kalimantan Timur. TEMPO/ Rizal Effendi

TEMPO.CO, Samarinda - Konflik tanah ulayat di Kampung Long Isun, Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur belum menemukan titik terang sejak 2014. Pemerintah daerah setempat yang mengajukan tapal batas kampung ditolak warga Long Isun, suku Dayak Bahau Busang, bersama Kepala Adat, Lusang Aran.


Luas Kampung Long Isun 83.008 hektare berdasarkan kesepakatan tapal batas antar-kepala adat. Luasan itu sudah termasuk hutan adat yang dimiliki masing-masing kampung yang bertetangga. Belakangan, hadirnya perusahaan Hak Pengelolaan Hutan (HPH), sejak 2014 menyebabkan suasana di kampung tersebut gaduh.


Penebangan hutan oleh perusahaan ditolak mentah-mentah warga dan kepala adat Long Isun. Alasannya, secara turun temurun mereka hidup dari berladang dan berburu di hutan. Hutan bagi suku Dayak Bahau Busang sebagai aset adat yang bisa diturunkan kepada anak cucu.


Buat memuluskan niatnya, Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu yang diwakili Wakil Bupati Juan Jenau pada Senin, 5 Desember 2016 menggelar pertemuan di Balai Pertemuan Kecamatan Long Pahangai. Juan mensosialisasikan perubahan tapal batas kampung Long Isun.


"Kami menolak, kami tak mau tandatangan perubahan tapal batas itu," kata Cristina Yeq Lawing, Dewan Adat Kampung Long Isun, saat dihubungi dari Samarinda, Selasa, 6 Desember 2016.


Advertising
Advertising

Cristina menganggap perubahan tapal batas kampung berdasarkan Surat Keputusan Bupati Mahakam Ulu tidak menyertakan alasan yang bisa diterima. Yang ada justru luasan tanah kampung berkurang hingga 2.837 hektare.


Mereka beranggapan tapal batas ini erat kaitannya dengan rencana kerja tahunan perusahaan HPH yang beropreasi di kampung. "Kami di sini tak tahu perusahaan apa namanya, tapi orang kampung sebut Roda Mas," kata Cristina.


Penolakan Kepala Adat Kampung Long Isun membuat pemerintah kecamatan turun tangan. Usai pertemuan, petugas dari kecamatan bersama polisi mendatangi kampung untuk meminta tandatangan sang kepala adat.


"Kami tetap tak mau teken biar sampai kapan tak mau, itu sumber kami hidup. Itu hutan kami turun temurun, kami mau jaga," kata dia.


Pemaksaan ini membuat tokoh pemuda bersinergi dengan kelompok pegiat adat dan pegiat lingkungan di Samarinda yakni Nurani Perempuan, Pokja 30 serta Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Organisasi-organisasi tersebut mendukung aksi penolakan warga adat dayak ini. "Sekarang Kepala Adat kami ungsikan, dia terus dicari mulai kemarin," kata Cristina.


Nurani Perempuan kini mendampingi warga Long Isun. Mereka menilai pemaksaan persetujuan tapal batas merupakan bentuk intimidasi gaya baru memuluskan niat penjarahan hutan oleh penguasa. Hasil analisa Nurani Perempuan bersama Walhi menyebutkan jika tapal batas dari pemerintah daerah disetujui maka luasan hutan adat yang lepas dari Kampung Long Isun berkurang dua ribuan hektare.


"Nah luasan lahan yang nantinya lepas dari Long Isun itulah yang masuk dalam rencana kerja tahunan perusahaan HPH PT Kemakmuran Berkat Timber, Grup Roda Mas," kata Ignatius Hanyang dari Nurani Perempuan.


FIRMAN HIDAYAT

Berita terkait

Kasus Kades Tipu Dokter di Tangsel Disidangkan Hari Ini, Kerugian Rp 1,7 Miliar

6 Februari 2024

Kasus Kades Tipu Dokter di Tangsel Disidangkan Hari Ini, Kerugian Rp 1,7 Miliar

Ada empat bidang tanah yang dijual oleh Kades AB ternyata bermasalah, sehingga korban dirugikan hingga Rp 1,7 miliar.

Baca Selengkapnya

Mahfud MD Kritik Aparat saat Tangani Sengketa Tanah, 4 Masyarakat Adat Ini Terancam Digusur

23 Januari 2024

Mahfud MD Kritik Aparat saat Tangani Sengketa Tanah, 4 Masyarakat Adat Ini Terancam Digusur

Mahfud MD kritik aparat saat tangani sengketa tanah yang juga libatkan masyarakat adat

Baca Selengkapnya

Mahfud Md Bilang Akan Tertibkan Birokrasi Pemerintah dan Aparat untuk Hindari Konflik Masyarakat Adat

21 Januari 2024

Mahfud Md Bilang Akan Tertibkan Birokrasi Pemerintah dan Aparat untuk Hindari Konflik Masyarakat Adat

Menanggapi tingkah aparat, Mahfud Md mengatakan akan menertibkan birokrasi pemerintah dan aparat penegak hukum.

Baca Selengkapnya

Menteri ATR Harap Aset Kesultanan dan Keistimewaan Pengelolaan Pertanahan di DIY Terjaga

8 Desember 2023

Menteri ATR Harap Aset Kesultanan dan Keistimewaan Pengelolaan Pertanahan di DIY Terjaga

Hadi Tjahjanto menjamin keistimewaan pengelolaan pertanahan dan aset Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Baca Selengkapnya

Konflik Lahan di Seputaran Jakarta yang Tak Ingin Jadi Rempang Kedua, Bersengketa dengan Penguasa

7 Oktober 2023

Konflik Lahan di Seputaran Jakarta yang Tak Ingin Jadi Rempang Kedua, Bersengketa dengan Penguasa

Konflik lahan tidak hanya terjadi di Rempang, Batam, Kepulauan Riau, tetapi juga di beberapa daerah. Ada yang bersengketa dengan TNI.

Baca Selengkapnya

Bentrokan di Lokasi Kebakaran Kapuk Muara, 130 Polisi Dikerahkan

5 September 2023

Bentrokan di Lokasi Kebakaran Kapuk Muara, 130 Polisi Dikerahkan

olres Jakarta Utara mengerahkan 130 anggotanya untuk berjaga di lokasi bekas kebakaran Kapuk Muara usai terjadi bentrokan

Baca Selengkapnya

Sengketa Tanah Dago Elos Bandung, Warga Lapor Lagi ke Polda Jabar

29 Agustus 2023

Sengketa Tanah Dago Elos Bandung, Warga Lapor Lagi ke Polda Jabar

Kuasa hukum mendampingi 4 warga Dago Elos yang melapor ke polisi. Materi serupa telah 3 kali disampaikan ke Polda Jabar dan Polrestabes Bandung.

Baca Selengkapnya

Sidang Sengketa Tanah, Paramount Land Kalah Gugatan Hampir 8000 Meter Persegi

31 Juli 2023

Sidang Sengketa Tanah, Paramount Land Kalah Gugatan Hampir 8000 Meter Persegi

Dua kelompok saling berhadap-hadapan saat sidang pembacaan sita jaminan yang digelar PN Tangerang di sebuah klaster perumahan milik Paramount Land.

Baca Selengkapnya

Kronologi Viralnya Warga Perumahan di Bekasi Terkungkung Pagar Beton, Pengembang Serobot Lahan

27 Juni 2023

Kronologi Viralnya Warga Perumahan di Bekasi Terkungkung Pagar Beton, Pengembang Serobot Lahan

Warga perumahan di Bekasi yang terkungkung pagar beton ternyata berawal dari penyerobotan lahan oleh pengembang.

Baca Selengkapnya

Warga Perumahan di Bekasi Terkungkung Pagar Beton, Satu Rumah Terancam Dibelah

27 Juni 2023

Warga Perumahan di Bekasi Terkungkung Pagar Beton, Satu Rumah Terancam Dibelah

Sebuah rumah di kompleks perumahan Cluster Green Village, Kota Bekasi, terancam dibelah buntut sengketa tanah pengembang dengan pihak ketiga.

Baca Selengkapnya