Lokasi Rawan Banjir dan Longsor di Yogyakarta Bertambah
Editor
Clara Maria Tjandra Dewi H.
Jumat, 18 November 2016 16:42 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Kawasan rawan bencana banjir dan longsor di Daerah Istimewa Yogyakarta semakin bertambah. Kawasan yang dilanda banjir dan longsor beberapa hari lalu, misalnya, sebelumnya tidak masuk peta rawan bencana.
"Terjadi pergeseran peta rawan bencana. Sebelumnya tidak masuk dalam peta yang rawan bencana," kata Kepala Pusat Pengendalian Operational Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah DIY Danang Syamsu, Jumat, 18 November 2016.
Sebelumnya, banjir dan longsor sering terjadi di lereng Gunung Merapi yang masuk wilayah Kabupaten Sleman. Namun lokasi banjir dan longsor pada musim hujan ini justru berada di sisi selatan Sleman. Kawasan lereng Merapi berada di kawasan utara kabupaten itu.
Lokasi banjir dan longsor justru terjadi di Kecamatan Mlati, Prambanan, dan Nganglik yang berada di Sleman selatan. Selain di Sleman, di Kabupaten Kulon Progo terjadi banjir dan longsor pada wilayah yang sebelumnya tak pernah terjadi, yaitu Pagerharjo, Suroloyo, dan Kulwaru Wates.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah DIY akan memasang sejumlah alat peringatan dini di wilayah rawan bencana. "Wilayah yang longsor kali ini belum ada alat EWS (early warning system). Yang sudah ada alatnya malah belum ada longsor," ujar Danang.
Dalam seminggu terakhir, beberapa wilayah di DIY dilanda banjir dan longsor, antara lain Dusun Duwet, Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, Sleman; barat Terminal Jombor, Sleman; Desa Margomulyo, Kecamatan Seyegan, Sleman; dan jembatan baru Universitas Gadjah Mada.
Longsor juga terjadi di Dusun Japlaksari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, dan Sungai Pelang di Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman. Sedangkan pergerakan tanah melanda Dusun Karanggeneng, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Sleman.
Di barat Jombor, ada dua RT yang terendam banjir. Sedangkan di Duwet, Mlati, terjadi longsor sepanjang 15 meter dan lebar 5 meter. Di barat Jombor, banjir menghanyutkan sebuah warung.
"Kami mencatat beberapa wilayah yang terlanda banjir dan longsor serta penanganannya," kata petugas di Pusat Pengendalian dan Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah DIY Wahyu Wibawanto.
Kondisi dinamika atmosfer yang lembap dan basah dan pemanasan yang tinggi serta kondisi lokal yang kuat meningkatkan kejadian bencana hidrometeorologi. Masyarakat diimbau berhati-hati dan waspada ketika beraktivitas di luar. Hujan lebat dengan durasi singkat pada sore hari dapat menyebabkan terjadinya genangan, bahkan banjir, tanah longsor, banjir bandang, dan pohon tumbang.
MUH SYAIFULLAH