Polisi melempari pendemo dengan gas air mata saat bentrok di depan Istana Negara, Jakarta, 4 November 2016. TEMPO/Subekti.
TEMPO.CO, Jakarta - Demonstrasi yang berlangsung di depan Istana Negara, hari ini, Jumat, 4 November 2016, berakhir ricuh. Polisi sempat menembakkan gas air mata untuk menghalau demonstran.
Letupan tembakan gas air mata beberapa kali terdengar di kawasan yang terletak di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Kantor Radio Republik Indonesia, yang terletak tidak jauh dari titik kerusuhan, menjadi tempat evakuasi para demonstran yang terluka. Sejumlah tim medis tengah sibuk menangani korban akibat ledakan gas air mata.
Dokter relawan yang tergabung dalam Tim Medis RRI, dokter Insani, mengatakan ada 15 korban yang saat ini dievakuasi. Salah satu korban mengalami kejang-kejang berat akibat serangan gas yang mengenainya. "Karena kaget, makanya jadi kejang, ditambah lagi ngirup gas," ujar dokter Insani.
Dokter Insani menjelaskan, kondisi korban saat dibawa ke ruangan tidak stabil, tidak ada respons saat diberi bantuan pernapasan melalui alat bantu, denyut nadi melemah, tekanan darah juga tinggi. Korban dibantu dengan peralatan yang tidak cukup dan akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan, Gambir, Jakarta Pusat.
"Kalau enggak cepat dirujuk, bisa gagal jantung,” ujarnya. Korban lainnya sedang ditangani sejumlah anggota tim medis di dalam dan mengalami gejala sesak napas serta beberapa ada yang luka memar saat menerima serangan gas air mata.