TEMPO.CO, Trenggalek - Puluhan warga Dusun Njelok, Desa Parakan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek, terpaksa meninggalkan rumahnya. Penyebabnya, sejak satu hari lalu tanah di kampung mereka mendadak bergerak dan menimbulkan rekahan cukup besar.
Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Trenggalek menyatakan rekahan terjadi pada Kamis dinihari, 13 Oktober 2016. Bermula dari rekahan yang muncul di bagian belakang rumah Suroso, warga Parakan, lantas 23 rumah di sekitarnya turut mengalami peristiwa serupa. Bahkan satu buah musala turut menjadi korban rekahan tersebut.
“Bersama personel Koramil dan Babinsa, masyarakat di tempat rawan segera diungsikan ke tempat lebih aman,” kata Sarimumanti, koordinator Pusat Pengendali Operasi BPBD Trenggalek, Jumat, 14 Oktober 2016.
Menurut Sari, evakuasi dilakukan setelah petugas menemukan rekahan tanah yang terus bergerak. Warga diminta meninggalkan rumah ke tempat yang lebih aman. Jika tak punya saudara, mereka ditampung di kantor Kelurahan Parakan.
Hingga saat ini banyak warga yang mengungsi, terutama di malam hari. Sedangkan siang harinya mereka pulang untuk beraktivitas seperti biasa. Petugas meminta warga segera kembali ke pengungsian bila hujan turun. Karena derasnya air hujan dikhawatirkan makin memperparah rekahan tanah tersebut.
Untuk memantau kondisi rekahan, petugas BPBD berjaga di lokasi selama 24 jam. Tujuannya agar setiap perkembangan rekahan bisa dengan cepat diketahui.
Untuk mengurangi tekanan air hujan yang terjadi setiap hari, petugas dibantu penduduk membuat selokan-selokan di sekitar rekahan. Selokan itu untuk menampung debit air yang turun hingga tak masuk ke rekahan.
Sujani, warga setempat, mengatakan memilih meninggalkan rumah setelah melihat pergerakan rekahan tanah menuju permukiman warga. Sebelumnya, rekahan sudah tampak di kawasan perbukitan milik Perhutani. Namun warga tak bereaksi lantaran dianggap jauh dari permukiman. “Mulai mengungsi setelah ada tembok dan lantai yang pecah,” katanya.
Kawasan Kabupaten Trenggalek menjadi langganan bencana alam terutama di musim hujan. Selain tanah bergerak, banjir, dan longsor menjadi bencana rutin tahunan bagi warga di lereng Gunung Wilis. Hingga kini pemerintah daerah setempat masih berupaya mencari solusi atas kondisi alam tersebut, dengan salah satunya memindahkan populasi penduduk di lereng gunung ke dataran rendah.