Sekolah Pekerja Rumah Tangga Dibuka di Malang
Editor
MC Nieke Indrietta Baiduri
Rabu, 5 Oktober 2016 04:16 WIB
TEMPO.CO, Malang - Puluhan pekerja rumah tangga (PRT) mengikuti sekolah di Sanggar Kegiatan Belajar, Kota Malang, Selasa, 4 Oktober 2016. Sekolah PRT diselenggarakan Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan Pembangunan (LPKP) Malang bekerja sama dengan organisasi buruh internasional ILO.
"Para pekerja rumah tangga dilatih bekerja yang efektif sesuai dengan standar," kata koordinator promosi proyek ILO Jawa Timur, Irfan Affandi.
Sekolah serupa dibuka di Lampung, Sulawesi Selatan, dan DKI Jakarta. Jawa Timur, selain dikenal sebagai penyedia jasa PRT, menjadi pasar PRT. Makassar dan Lampung juga sebagai pemasok jasa PRT. Sedangkan DKI Jakarta merupakan pasar masuknya para PRT.
Sekolah PRT di Jawa Timur diuji coba di Malang menggunakan basis komunitas. Pendidikan diselenggarakan di setiap komunitas tertentu. Mereka berasal dari berbagai daerah di Malang. Dengan bersekolah PRT, para pekerja bisa meningkatkan keterampilan, terutama keterampilan menggunakan peralatan untuk pekerja rumah tangga.
Baca juga:
Bos Go-Jek dan Perwakilan Pengemudi Bertemu, Hasilnya Nihil
Kematian-kematian Tak Wajar di Sekitar Dimas Kanjeng
Tahap awal dibuka sekolah untuk penata rumah tangga dan memasak. Mereka dilatih di dalam kelas dan praktek langsung. Sekolah berlangsung selama enam bulan dengan satu pekan dilaksanakan dua kali pertemuan. Masing-masing pertemuan dalam satu pekan digunakan untuk pelatihan secara teori dan praktek.
Setelah keterampilan terasah, para PRT diharapkan memiliki kemampuan untuk menuntut hak sebagai pekerja, seperti meminta kontrak kerja, gaji terstandar, gaji dibayar tepat waktu, jam kerja jelas, serta hak untuk istirahat dan berlibur. Sesuai dengan peraturan menteri, ujar Irfan, pekerjaan domestik meliputi perawat bayi, pengemudi, tukang kebun, serta pengasuh lansia dan difabel. "Seorang PRT tak bisa mengerjakan semuanya sendirian," katanya.
Selesai merampungkan sekolah, PRT akan mendapat sertifikat. Dengan demikian, upah yang diterima PRT bisa naik dan diakui sebagai pekerja profesional. Tak hanya itu, meningkatnya kemampuan PRT diharapkan bisa membuat mereka terhindar dari kekerasan dan pelecehan seksual, eksploitasi pekerja anak, dan perdagangan manusia.
Baca juga:
Dahlan Iskan Dikaitkan dengan Dimas Kanjeng, Ini Ceritanya
Elektabilitas di Bawah Ahok & Agus, Ini Kata Tim Anies-Sandi
Data ILO menyebutkan jumlah PRT di Indonesia mencapai 2,6 juta. Kebanyakan mereka bekerja di rumah majikan, menginap, serta tanpa memiliki hak cuti dan berlibur.
Salah seorang peserta sekolah PRT, Yuliati, mengaku tertarik mengikuti sekolah tersebut untuk menambah pengalaman. Menurut dia, selama ini, sejumlah pekerjaan rumah tangga ia pelajari secara otodidak. "Dibayar Rp 30 ribu per hari, tak ada kontrak kerja," ujarnya.
EKO WIDIANTO