TEMPO.CO, Sumenep - Rencana pengoperasian perdana penerbangan komersial di Bandara Trunojoyo, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, pada awal 2017 terkendala pembebasan lahan untuk pembuatan pagar bandara.
Sekretaris Daerah Kabupaten Sumenep Hadi Soetarto mengatakan warga pemilik lahan pertanian di sekitar bandara menolak menjual tanahnya kepada pemerintah daerah bila lahannya hanya dibeli sebagian. "Warga maunya seluruh lahannya dibeli," ucapnya, Selasa, 4 Oktober 2016.
Atok—sapaan Hadi Soetarto—menjelaskan, pemerintah sulit mengakomodasi keinginan warga karena anggaran pembelian lahan yang disediakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah hanya untuk lahan yang masuk dalam master plan atau rencana induk pengembangan Bandara Trunojoyo. "Kalau dibeli semua, butuh dana besar. Dana dari mana?" ujarnya.
Atok menuturkan pemerintah masih terus berupa melakukan pendekatan kepada warga untuk mencari jalan tengah yang tidak memberatkan salah satu pihak. Dia menyadari, keinginan warga tersebut beralasan. Sebab, ketika sebagian lahan menjadi bandara, sisanya memang tidak dapat digunakan lagi. Namun, di sisi lain, kata Atok, kemampuan anggaran pemda terbatas.
Untuk pembuatan pagar bandara dibutuhkan lahan seluas 5,18 hektare. Pemkab Sumenep telah menyiapkan anggaran, mengukur, dan menaksir harga tanah.
Atok menambahkan, selain lahan untuk pagar, kebutuhan lahan lain untuk perluasan runway bandara tidak ada masalah. Proses perluasan runway hampir rampung. Saat ini runway telah diperpanjang menjadi 1.600 meter dengan lebar 30 meter dari semula hanya 1.120 meter dengan lebar 23 meter. Selain perpanjangan runway, pengerjaan pengembangan Bandara Trunojoyo berupa pembuatan apron atau pelataran pesawat seluas 80 x 75 meter telah tuntas dikerjakan. Dengan perluasan runway itu, Bandara Trunojoyo telah memenuhi syarat untuk pesawat komersial jenis ATR 72.
Sebelumnya, Kepala Bandara Trunojoyo Wahyu Siswoyo mengatakan pembangunan pagar mendesak karena hingga saat ini masih ada petani yang lewat runway bila hendak pergi ke sawah. Dia mengakui, hal itu karena satu-satunya jalan menuju sawah terkena proyek perluasan runway. "Kami berharap Pemkab membuatkan jalan baru untuk petani," ucapnya.