Petugas menurunkan pasien haji yang sakit dari pesawat khusus Saudi Medevac (Aeromedical Evacuation) di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, 1 Mei 2016. Pasien yang bernama Hj Culan Kasim binti Kasim (55) asal Sumatera Barat merupakan jemaah haji Indonesia tahun 2015 yang terserang Heat Stoke. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Makassar - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Muhammad Subuh menyatakan pihaknya mewaspadai penyebaran virus berbahaya yang berpotensi dibawa jemaah haji dari Arab Saudi.
"Ada tiga virus yang mudah ditularkan jemaah haji," kata Subuh saat meninjau proteksi penerimaan jemaah haji di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Minggu, 18 September 2016.
Dia menyatakan jemaah haji rentan tertular virus demam kuning MERS-coronavirus dan virus Zika. Tapi, kata dia, sejauh ini belum ada kasus Zika yang ditemukan di Arab Saudi.
"Cuma perlu tetap waspada karena jemaah Indonesia telah berbaur dengan jemaah dari bangsa lain," ujarnya.
Subuh bersama tim medis dari Kantor Kesehatan Pelabuhan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin memasang alat pemindai suhu di asrama haji. Ada dua thermo scanner yang dipasang di pintu masuk aula penerimaan jemaah.
Pemasangan thermo scanner, kata Subuh, juga dilakukan di 15 bandara internasional dan 5 bandara penghubung di seluruh Indonesia. Tahun ini, di Makassar, alat pemindai suhu itu ditempatkan di asrama haji.
Dia mengatakan jemaah dengan suhu tubuh 38,5 derajat Celsius diarahkan ke poliklinik asrama. Menurut Subuh, suhu normal jemaah maksimal 37,5 derajat.
Menurut dia, jemaah yang telah mengalami inkubasi akan lebih mudah terdeteksi karena suhu tubuhnya akan di atas 38 derajat.
Berdasarkan pantauan Tempo saat rombongan haji kloter 1 tiba di Asrama Sudiang pada Minggu sore kemarin, jemaah harus melewati kamera perekam suhu yang terpasang di dua pintu masuk. Sebanyak 20 anggota jemaah yang terdeteksi memiliki suhu tubuh lebih dari 38 derajat dan langsung diarahkan ke ruang medis.
"Laporan tim medis menyebutkan mereka hanya panas biasa. Mungkin karena kelelahan," ujar Kepala Kementerian Agama Sulawesi Selatan Abdul Wahid Thahir.
Deteksi dini infeksi sangatlah penting bagi ibu hamil. Pasalnya, ada lima infeksi berbahaya selama kehamilan yang bisa menjadi faktor penyebab bayi lahir dalam kondisi cacat.