Lima Kecamatan di Kota Yogyakarta Krisis Air  

Reporter

Senin, 15 Agustus 2016 23:01 WIB

Warga dusun Mrica mengambil air di Telaga Tritis, Desa Mrico, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, Rabu (7/9). Musim kemarau panjang telah membuat 156 telaga di Kabupaten Gunungkidul kering dan mengakibatkan krisis pasokan air bersih bagi warga Gunungkidul. TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Selama beberapa tahun terakhir, permukaan air tanah di Yogyakarta menurun. Sebab utamanya, adanya pembangunan hotel yang luar biasa banyak. Air sumur warga pun banyak yang kering. Lima kecamatan di kota mulai krisis air.


"Selain hotel, ada lagi apartemen yang jumlah kamarnya banyak, dan butuh banyak air," kata Direktur Amrta Instutute, Nila Ardhianie, dalam diskusi “Kemerdekaan dan Air Untuk Warga” di University Club Universitas Gadjah Mada, Senin (15 Agustus 2016).
Selain diskusi, juga pemutaran film dokumenter "Jogja Darurat Air", berdurasi 18 menit. Lima kecamatan yang mulai krisis air, adalah Gondokusuman, Mergangsan, Mantrijeron, Jetis, serta Umbulharjo.


Meski sumur yang digunakan adalah sumur dalam, kata Nila, tidak menutup kemungkinan ada kebocoran di jalur air sumur dangkal. Dia menjelaskan, Kecamatan Gondokusuman merupakan daerah paling rawan krisis air, karena merupakan wilayah padat penduduk dan banyak hotel.


Padahal, kata dia, warga sangat tergantung air sumur, meski juga berlangganan air PDAM. Saat ini sekitar 51,83 persen kebutuhan air warga Yogyakarta dipenuhi air tanah. Berbeda dengan di Jakarta dan sejumlah kota besar lain, yang seluruh warganya memenuhi kebutuhan air dengan air permukaan atau PDAM. “Air tanah di Yogyakarta memiliki nilai rendah. Sehingga pemakaiannya cenderung berlebihan,” kata dia.


Dia menjelaskan, tarif pajak air tanah di Yogyakarta hanya Rp. 2.000 per meter kubik. Sedangkan tarif air PDAM untuk bangunan komersial, termasuk hotel Rp. 16.500 per meter kubik. "Sebagian besar hotel dan apartemen tidak menggunakan air PDAM karena biaya yang dikeluarkan cukup tinggi. Contohnya hotel dengan 400 kamar membutuhkan dana Rp2 miliar per bulan. Sedangkan untuk membuat sumur dalam, hanya butuh biaya sekitar Rp500 juta," kata dia.


Advertising
Advertising

Geolog Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Teguh Eko Paripurno, mengatakan permukaan air tanah di Yogyakarta dan Sleman terus menurun 20-35 sentimeter setiap tahun. Karena itu warga mulai kesulitan mendapatkan air tanah. “Pastikan imbuhan air seimbang dengan air yang diambil atau digunakan," kata dia.


Teguh Supriyadi, sutradara film Jogja Darurat Air, menyatakan pembuatan film ini karena kondisi air di kota Yogyakarta sudah parah. Jika tidak diatur, warga akan kehilangan air baku untuk kehidupan mereka. "Premis film ini berangkat dari situasi, hingga pada 2010, warga tidak pernah sambat sumurnya asat atau kering. Tetapi pada 2013 hingga 2014, warga mulai kesulitan air. Sumur-sumur mereka kering," kata dia.

MUH SYAIFULLAH

Berita terkait

Ini Target Indonesian di World Water Forum ke-10

10 hari lalu

Ini Target Indonesian di World Water Forum ke-10

World Water Forum ke-10 merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk mendorong terciptanya solusi konkret untuk mengatasi persoalan air

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UI Raih Pendanaan Internasional untuk Atasi Krisis Air Bersih di Depok

47 hari lalu

Mahasiswa UI Raih Pendanaan Internasional untuk Atasi Krisis Air Bersih di Depok

Tim mahasiswa UI mendapat pendanaan untuk proyek solusi air bersih di Cipayung. Disesuaikan dengan target pembangunan berkelanjutan atau SDGs.

Baca Selengkapnya

BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

51 hari lalu

BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

BRIN mendorong penguatan riset dan inovasi terkait solusi krisis air. Berbagai teknologi pengelolaan air dikembangkan.

Baca Selengkapnya

BRIN Sebut Indonesia Hadapi Dua Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air

28 Februari 2024

BRIN Sebut Indonesia Hadapi Dua Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air

Krisis air diproyeksikan akan meningkat karena pertumbuhan populasi dan kebutuhan pembangunan.

Baca Selengkapnya

Dalam 5 Tahun Terakhir, Kekeringan di Tangsel Meningkat

16 November 2023

Dalam 5 Tahun Terakhir, Kekeringan di Tangsel Meningkat

Untuk membantu warga yang mengalami krisis air bersih, BPBD Tangsel terus mendistribusikan air bersih.

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Gunung Merbabu Rusak Pipa Air, 1.200 Warga Boyolali Alami Krisis Air

29 Oktober 2023

Kebakaran Hutan Gunung Merbabu Rusak Pipa Air, 1.200 Warga Boyolali Alami Krisis Air

Kebakaran hutan Gunung Merbabu, Jawa Tengah yang telah merambah wilayah Kabupaten Boyolali menyebabkan pipa saluran air bersih

Baca Selengkapnya

Antisipasi Perubahan Iklim dengan Perubahan Gaya Hidup

16 Oktober 2023

Antisipasi Perubahan Iklim dengan Perubahan Gaya Hidup

Kepala BMKG mengatakan perubahan gaya hidup menjadi kunci mengantisipasi krisis air dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

BMKG Meminta Kesetaraan dan Keadilan Akses Air Bersih di World Water Forum

13 Oktober 2023

BMKG Meminta Kesetaraan dan Keadilan Akses Air Bersih di World Water Forum

Salah satu penyebab utama krisis air bersih adalah terus meningkatnya emisi gas rumah kaca yang berdampak pada peningkatan laju kenaikan suhu udara.

Baca Selengkapnya

Ancaman Krisis Air Bersih di Jakarta, Anggota DPRD: Terlalu Banyak Penduduk

9 Oktober 2023

Ancaman Krisis Air Bersih di Jakarta, Anggota DPRD: Terlalu Banyak Penduduk

Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta minta pemerintah DKI Jakarta kendalikan jumlah penduduk yang dianggap jadi penyebab munculnya krisis air bersih.

Baca Selengkapnya

Heru Budi Sebut PAM Jaya Akan Kerja Sama dengan PUPR untuk Atasi Krisis Air Bersih

4 Oktober 2023

Heru Budi Sebut PAM Jaya Akan Kerja Sama dengan PUPR untuk Atasi Krisis Air Bersih

PAM Jaya bangun reservoir komunal Waduk Pluit bertujuan untuk mengatasi kekurangan air bersih di wilayah Rusun Waduk Pluit,

Baca Selengkapnya