Ombak Tinggi 6 Meter, Nelayan Pemalang Tak Berani Melaut
Editor
Mustafa moses
Kamis, 4 Agustus 2016 15:59 WIB
TEMPO.CO, Pemalang - Sejumlah nelayan di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, tak berani melaut karena gelombang tinggi beberapa hari terakhir. Mereka tidak mau mengambil risiko diterjang ombak. Rabu pekan lalu, rekan mereka sesama nelayan tenggelam karena perahunya terbalik.
Seorang nelayan, Abdul Basyir, 40 tahun, mengatakan ombak di tengah laut mencapai lebih dari 5 meter. Dia bersama ratusan nelayan lain tidak berani mengarungi Laut Jawa terlalu jauh. Menurut dia, gelombang tinggi biasanya terjadi saat siang. Padahal siang hari banyak nelayan yang melaut. “Ombaknya bisa sampai 5-6 meter,” katanya, Kamis, 4 Agustus 2016.
Hal serupa juga dilakukan Amin, 45 tahun, nelayan lainnya. Dia menyebut tingginya gelombang laut ini sebagai timuran. Menurut dia, gelombang tinggi tersebut akan terjadi sampai satu bulan ke depan. Untuk mengisi waktu luang, dia memilih memperbaiki perahu dan alat tangkap. “Ya, di sini aja betulin kapal sama bersih-bersih,” ujarnya.
Amin memperkirakan cuaca buruk ini akan berdampak pada melambungnya harga ikan di pasaran. Sebab, stok ikan dari nelayan mulai berkurang. “Nelayan pada libur, dapat ikan dari mana?” tuturnya.
Namun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Tegal memperkirakan gelombang tinggi di wilayah Pantura masih dalam batas normal. Prakirawan BMKG Tegal, Laylya Isnaini, mengatakan, menurut pantauan pada 4 Agustus, tinggi gelombang 0,75-1 meter. Namun, kata dia, gelombang bisa saja naik karena faktor angin. “Kecepatan angin juga sangat mempengaruhi,” ucapnya kepada Tempo.
Kepala Satuan Kepolisian Air Pemalang Ajun Komisaris Sunardi membenarkan gelombang di tengah Laut Jawa, khususnya di Pemalang, cukup tinggi. Pihaknya bahkan telah berkoordinasi dengan syahbandar pelabuhan untuk memasang bendera hitam di dermaga. Ini dilakukan untuk memberikan peringatan kepada nelayan agar hati-hati saat melaut. “Gelombang lebih dari 5 meter,” katanya. Dia mengimbau kepada para nelayan agar tidak mengarungi lautan terlalu jauh. Batas maksimal melaut sekitar 4 mil dari bibir pantai.
Adapun ihwal peristiwa tenggelamnya kapal nelayan KM Bintang Garuda pekan lalu, pihaknya masih melakukan pencarian terhadap seorang korban. Nelayan bernama Darno, 55 tahun, tersebut hingga saat ini belum diketahui keberadaannya sejak kapal yang dia tumpangi bersama 17 rekannya tenggelam di perairan Jawa.
Pencarian korban, kata dia, dilakukan bukan hanya oleh polisi dan tim SAR, tapi juga oleh nelayan setempat. Korban hilang lainnya, yakni Surinto, 37 tahun, ditemukan oleh nelayan setempat sekitar 2 mil dari Pelabuhan Tanjungsari. “Patroli kami lakukan terus untuk mencari korban. Kali ini juga melibatkan nelayan,” ujarnya.
MUHAMMAD IRSYAM FAIZ