Tidak Terafiliasi Gulen, SMA Banua Punya 4 Guru Turki
Editor
Mahardika Satria hadi
Jumat, 29 Juli 2016 23:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pelataran sekolah unggulan itu sepi aktivitas menjelang kumandang azan salat Jumat. Keluar dari perkantoran guru, seorang pria berhidung mancung melangkah pelan menuju Masjid Al Hayat di komplek SMA Banua Bilingual Boarding School, Kalimantan Selatan. Sebelum menunaikan salat Jumat, ia mampir ke rumah dinas guru yang berdiri tepat di seberang masjid.
"Saya guru dari Turki. Saya sudah satu tahun mengajar mata pelajaran fisika di sini," ujar guru yang enggan ditulis namanya ketika dicegat Tempo, Jumat, 29 Juli 2016. Ia tak canggung ketika Tempo menyinggung ihwal sosok Fethullah Gulen, ulama Turki yang dituding sebagai dalang kudeta terhadap pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Dia mengaku kagum atas karisma dan pemikiran Fethullah Gulen. Sosok Gulen, kata dia, berkomitmen membangun pola pendidikan bermutu ke seluruh penjuru dunia. Setahu dia, Gulen memiliki jaringan yayasan pendidikan yang tersebar pada 170 negara.
"Saya respect ke dia (Gulen) secara pemikiran dan ide pendidikan. Tapi saya enggak ada jaringan ke dia, saya enggak ada hubungan the coupe (kudeta di Turki)," ujarnya.
Sementara itu, Kepala SMA Banua Bilingual Boarding School, Zainuddin, mengatakan lembaganya memiliki empat tenaga pendidik asal Turki yang direkrut atas kerja sama dengan Amity College Australia sejak 2015. Sejak awal berdiri pada 2012 hingga 2014, ia mengakui SMA Banua sempat menjalin kongsi pendidikan dengan SMA Semesta, Kota Semarang.
Menurut dia, SMA Semesta sempat menjalin kerja sama ke Yayasan Pasiad yang terafiliasi langsung dengan Gulen. Walhasil, cikal bakal munculnya guru-guru Turki di SMA Banua akibat jalinan kerja sama dengan SMA Semesta. Kendati hubungan kerja sama berakhir, Zainudin tetap mempertahankan pendidik Turki lantaran tersertifikasi dan mumpuni.
Guru asal Turki yang mengampu mata pelajaran di SMA Banua terdiri atas Ufuf Bagig (matematika), Ali Samsek (fisika), Ali Kavak (biologi), dan Mahmed (bahasa Turki). "Mereka digaji Rp 12 juta per bulan. Ada juga delapan pengasuh asrama yang berstatus mahasiswa," ujar Zainudin.
"Mereka sempat galau. Mereka bilang kalau Allah masih menghendaki kerja di sini, ya tetap di sini. Tapi kalau mau pulang, ya pulang," kata Zainuddin menirukan ucapan guru Turki.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kalimantan Selatan, Amka, menuturkan pembangunan SMA Banua Bilingual Boarding School murni atas kucuran APBD Provinsi Kalimantan Selatan. Sejak berdiri pada 2012, kata dia, sekolah telah meluluskan peserta didik sebanyak empat angkatan. Di tahun ajaran 2016/2017, sedikitnya ada 221 siswa yang terbagai dalam tiga rombongan belajar di sana.
"Mereka siswa-siswi terbaik di Kalimantan Selatan, yang terpilih setelah seleksi ketat, baik akademis, psikotes, tes kesehatan, tes fisik, baca tulis Alquran, dan wawancara bahasa Inggris," ujar Amka.
Amka mengklaim SMA Banua tidak terafiliasi dengan jaringan pendidikan milik Fethullah Gulen. Merujuk Permendikbud Nomor 31 Tahun 2014, Amka memberikan jaminan bahwa SMA Banua di bawah pengawasan Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud. Ia pun berkukuh pembelajaran di SMA Banua tetap berjalan normal. Toh, Amka belum menerima himbauan resmi dari Kemendikbud ihwal masa depan tenaga pendidik asal Turki.
Amka siap melepas empat guru Turki asalkan Duta Besar Turki mengajukan permohonan resmi lewat Kemendikbud. "Enggak ada masalah," ujarnya sambil menambahkan, "Kami minta wali murid tidak perlu galau, proses belajar seperti biasa. Belum ada surat resmi dari Kementerian."
DIANANTA P. SUMEDI