Tiga WNI Disandera, Warga Flores Timur Nyalakan Seribu Lilin
Editor
MC Nieke Indrietta Baiduri
Jumat, 15 Juli 2016 15:47 WIB
TEMPO.CO, Kupang - Ratusan warga Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis tengah malam, 14 Juli 2016, menggelar aksi seribu lilin. Aksi ini merupakan bentuk tuntutan terhadap pemerintah untuk segera membebaskan tiga warga Flores Timur yang disandera kelompok Muktadi Brother, jaringan Abu Sayyaf di Malaysia. Selain menyalakan seribu lilin, warga menggelar doa bersama untuk pembebasan tiga warga Flores Timur, yakni Lorens Koten, Theodorus Kopong, dan Emanuel Arkiang Maran.
"Harapan kami, semoga ketiga saudara kami itu bisa diselamatkan dan bisa dipulangkan kembali ke Flores Timur," kata Nona Harhati, warga Larantuka.
Salah satu keluarga korban, Kamis Soge, mengatakan aksi seribu lilin ini untuk mendesak pemerintah pusat, dalam hal ini Presiden Joko Widodo, membebaskan para sandera dalam keadaan selamat. "Seribu lilin ini adalah kekuatan bagi keluarga yang ditinggalkan yang sekarang sedang cemas-cemas harap di kampung dan desa," katanya.
Ketiga nelayan asal NTT itu diculik kelompok Muktadi Brother di Velda Sahabat, Tungku, Lahad Datu, Malaysia, pada 9 Juli 2016. Tiga WNI tersebut berada di kapal penangkap ikan berbendera Malaysia di perairan Velda Sahabat, Lahad Datu, Malaysia. Sekitar pukul 23.30, kapal disergap speedboat yang ditumpangi lima pelaku bersenjata api. Dari tujuh anak buah kapal, tiga orang disandera dan empat lainnya dibebaskan. Penculik membawa tiga sandera tersebut ke arah perairan Tawi-tawi, Filipina Selatan.
Adapun Kepolisian Lahad Datu telah mengkonfirmasi penyanderaan tersebut. Ketiga ABK yang disandera adalah WNI yang punya izin kerja sah di Malaysia. Pada 10 Juli 2016, penyandera sudah menghubungi pemilik kapal di Lahad Datu melalui ABK yang disandera.
Menanggapi peristiwa tersebut, Kementerian Luar Negeri RI berkoordinasi dengan KBRI Kuala Lumpur, Konsulat Tawau, KBRI Manila, dan Konsulat Davao untuk memantau perkembangan kasus tersebut. Konsulat Tawau kemudian mengirim staf teknis kepolisian untuk berkoordinasi.
YOHANES SEO