Lintasi Bogor, Pemudik Agar Tidak Tempuh Jalur Alternatif
Editor
Nunuy nurhayatiTNR
Jumat, 1 Juli 2016 23:04 WIB
TEMPO.CO, Bogor - Kepolisian Resor Bogor mengimbau masyarakat yang akan mudik ke melintasi wilayah Kabupaten Bogor, agar tidak menggunakan jalur alternatif. " Kami tidak merekomendasikan jalur alternatif di Kabupaten Bogor untuk para pemudik," kata Kepala Polisi Resor Bogor Ajun Komisaris Besar Suyudi Ario Seto, Jumat, 1 Juli 2016.
Dia mengatakan, ada beberapa alasan mengapa masyarakat tidak melalui ruas jalur alternatif di Kabupaten Bogor. Di antaranya, kondisi sebagian besar jalan rusak, rawan longsor dan minim penerangan jalan (PJU). "Sangat berbahaya jika masyarakat mengunakan jalan alternatif karena sebagaian ruas masih jarang pemukiman penduduk, sehingga rawan kejahatan,"kata Suyudi.
Suyudi menganjurkan pemudik dengan tujuan Cianjur, Bandung dan sekitarnya melalui jalur Puncak. "Untuk pemudik dengan tujuan Sukabumi menggunakan jalur Bocimi. Untuk pemudik tujuan Tanggerang, Banten dan lainyaenggunakan jalur Parung dan Leuwilaing," kata dia.
Suyudi menuturkan, Kepolisian Resor Bogor mendirikan 19 Pospol dan satu Posyan atau Pos pelayanan yakni di simpang Gadog untuk pengamanan mudik lebaran dan arus wisata di jalur Puncak. "Untuk kendaraan barang dan truk besar terutama di jalur Bocimi sudah dilarang beroperasi kecuali angkutan sembako dan BBM, mulai H-7 hingga H + 7," kata dia.
Berdasarkan pemetaan, sejumlah ruas jalan jalur mudik yang menjadi lokasi rawan kecelakaan dan kemacetan arus lalu lintas di beberapa titik yakni, jalur Bogor-Darmaga-Lewuliang, Cibubur-Cileungsi, dan jalur Bocimi (Bogor, Ciawi, Sukabumi)."Jalur puncak menjadi jalur prioritas pengamanan karena menjadi lokasi rawan kemacetan saat arus wisata dan arus balik mudik," kata Suyudi.
Bupati Bogor Nurhayanti mengatakan berdasarkan informasi yang kami peroleh dari Kementerian Perhubungan, bahwa tahun ini pemudik cenderung meningkat. Untuk pemudik yang menggunakan angkutan umum mencapai 17,6 juta orang terdiri dari penumpang angkutan jalan, penyebrangan, kereta api, angkutan laut dan udara. "Sehingga pengamanan kali ini harus lebih ditingkatkan lagi,” kata dia.
Nurhayanti juga menjelaskan, berdasarkan operasi ketupat tahun 2015 lalu, tercatat jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas sebanyak 3.048 kasus, dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 646 jiwa, korban luka berat sebanyak 1.057 jiwa dan korban luka ringan sebanyak 3.891 jiwa.
Kecelakaan disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurang disiplinnya pengendara mematuhi peraturan lalu lintas, masih ada pemudik yang tidak memperhatikan kelayakan kendaraan, kerusakan jalan, serta akibat pengaruh perubahan cuaca yang ektrem.
“Mencermati berbagai faktor tersebut, kita berkewajiban untuk melakukan langkah antisipatif melalui tindakan preventif, preemptif, penegakan hukum, kuratif dan rehabilitasi,"kata Nurhayanti.
Semementara itu, Dinas Kesehatan Kota maupun Kabupaten Bogor dan rumah sakit menyatakan kesiapannya menghadapi arus mudik, termasuk program dari BPJS Kesehatan ini. Bersama kepolisian, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor juga menyediakan Pos Pengamanan (Pospam) di 22 titik. Meliputi jalur Dramaga, Ciampea, Jasinga, berlanjut ke arah Parung, Puncak, Citeureup, Jonggol, Cariu dan Cibinong ke arah Jakarta.
Selain itu ada juga 40 puskesmas yang siaga melayani dengan dua format, yakni untuk penyakit biasa dan korban kecelakaan. Sebanyak 61 Unit Pelayanan Fungsional juga tetap dibuka, termasuk menyiagakan 536 dokter dan perawat. Mereka berjaga selama 24 jam berdasarkan tiga pembagian jam kerja.
M SIDIK PERMANA