Contoh vaksin palsu yang disita polisi, 23 Juni 2016. TEMPO/Rezki
TEMPO.CO, Jakarta - Netizen yang mengatasnamakan Orang Tua Sadar Imunisasi Indonesia membuat petisi mendesak Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek menarik semua vaksin palsu yang beredar di masyarakat. "Harus diganti dengan vaksin asli dan aman," kata pembuat petisi, Niken Rosady, seperti dikutip dari Change.org, Senin, 27 Juni 2016.
Niken mengatakan semua elemen masyarakat harus mendukung penyidikan kasus vaksin palsu tersebut. Kemudian, kepolisian diminta membasmi tuntas sindikat pemalsu vaksin palsu, termasuk membantu pemerintah menarik semua produk vaksin untuk alasan keamanan.
Menurut dia, pemerintah dan kepolisian harus segera mengumumkan nama-nama tersangka pembuat vaksin palsu, termasuk identitas dan daftar nama distributor, rumah sakit, klinik, dan puskesmas penerima vaksin palsu tersebut. (Baca: Pembuat Vaksin Palsu di Bekasi Mantan Perawat)
Pemerintah diharapkan segera memberi reimunisasi untuk anak-anak yang lahir pada 2003 hingga 2016. Hal ini bertujuan untuk menjamin kekebalan dan generasi Indonesia sehat bebas dari penyakit berbahaya. Badan POM didorong lebih agresif mengawasi distribusi vaksin dan obat-obatan lainnya.
Niken mengatakan orang tua pasti akan memberi vaksinasi yang terbaik buat anak-anaknya. Imunisasi diberikan agar tubuh anak kebal. Karena itu, anak tidak tertular penyakit. (Baca: Peredaran Vaksin Palsu, BPOM: Ditemukan Empat Lokasi Baru)
Petisi tuntutan kepada pemerintah mendapat dukungan dari 15 ribu netizen. Dukungan akan diberikan kepada Menteri Nila. Sampai berita ini ditulis, dukungan baru mencapai 4.139.
Dari catatan Niken, ada 194 negara yang memberlakukan imunisasi terhadap anak. Namun vaksinasi terusik setelah kasus pemalsuan ini di Bekasi, Jawa Barat. Bahkan, dua pelakunya adalah pasangan suami-istri mantan perawat. (Baca: Pembuat Vaksin Palsu Hampir Jual Rumahnya Rp 6 Miliar)
Tersangka mengaku melakoni kejahatan itu sejak 2003. Saat ini, kepolisian menetapkan 15 orang sebagai tersangka. Badan Reserse Kriminal Mabes Polri masih terus menelusuri peta jaringan distribusi vaksin palsu itu.
Silakan klik di sini untuk menandatangani petisi online itu.