Polisi Buru Pemasok Bahan Petasan Skala Besar di Mojokerto
Editor
Kukuh S Wibowo Surabaya
Rabu, 15 Juni 2016 14:59 WIB
TEMPO.CO, Mojokerto - Aparat Kepolisian Resor Mojokerto masih memburu penjual bahan pembuat petasan yang disita di tiga tempat di Mojokerto pada Selasa, 14 Juni 2016. "Para tersangka pembuat petasan mengaku membeli bahan peledak dari Pasuruan. Hal itu sedang kami telusuri," kata Kepala Polres Mojokerto Ajun Komisaris Besar Boro Windu Danandito, Rabu, 15 Juni 2016.
Kemarin, anggota Satuan Reserse Kriminal Polres Mojokerto menyita puluhan kilogram bubuk kimia bahan peledak yang digunakan untuk membuat petasan. Selain itu, petugas menyita ratusan selongsong petasan dan peralatan lain, seperti kertas dan alat penumbuk tradisional.
Barang-barang tersebut disita dari tiga rumah tersangka warga Desa Jatilangkung dan Desa Mojorejo, Kecamatan Pungging. Penangkapan tersangka bermula saat polisi menginterogasi pemuda yang menyulut petasan berskala besar di Kecamatan Pacet. Setelah diinterogasi, pemuda itu mengaku membelinya dari salah satu tersangka di Jatilangkung.
Penyitaan bahan petasan, ucap dia, merupakan bagian dari kegiatan Operasi Cara Mengatasi Mercon (Camer) Semeru yang dilakukan kepolisian Jawa Timur. “Salah satu sasarannya adalah memberantas bahan peledak yang digunakan untuk membuat petasan,” ujar Boro.
Salah satu tersangka, Mohamad Sodikin, 56 tahun, mengaku selama ini mendapatkan bahan peledak untuk pembuatan petasan dari Pandaan dan Bangil, Kabupaten Pasuruan. "Saya lupa belinya berapa," tuturnya.
Jenis bubuk bahan peledak yang disita dari rumah Sodikin dan dua tersangka lain, yakni Kasiani, 60 tahun, dan Mohamad Saiful, 40 tahun, antara lain potasium chloride dan belerang. Bubuk bahan kimia itu diracik menjadi mesiu atau black powder yang bisa menimbulkan ledakan jika disulut dengan api. Sodikin berdalih, petasan yang dia buat tidak dijual bebas. "Rata-rata pesanan masyarakat yang sedang punya hajat," katanya.
Pesanan, ucap dia, biasanya meningkat pada Ramadan. Di luar Ramadan, pesanan datang dari masyarakat yang punya hajat. "Misalnya pementasan ludruk yang sering menggunakan petasan," ujarnya.
Petasan yang dibuat untuk perayaan itu berupa petasan berantai atau rentengan. "Per meter dihargai Rp 50-200 ribu, tergantung besarnya," tuturnya. Keuntungan dari penjualan petasannya bisa mencapai Rp 2 juta sebulan.
ISHOMUDDIN