Setelah Mengecor Kaki, Warga Kendeng Demo PTTUN Surabaya  

Reporter

Kamis, 2 Juni 2016 15:03 WIB

petani yang berasal dari kawasan pegunungan kendeng, Grobogan, Pati, Rembang bersiap mengecor kakinya di depan Istana Merdeka, Jakarta, 11 April 2016. Tempo/ Mawardah

TEMPO.CO, Surabaya - Sembilan perempuan lereng Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah menggelar aksi teatrikal di Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya, Kamis, 2 Juni 2016. Mereka berlenggak-lenggok di bawah bentangan kain putih sepanjang 100 meter.

Aksi damai ratusan warga itu bertujuan mengetuk nurani majelis hakim agar adil dalam memutus perkara pembangunan pabrik PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Mereka juga melantunkan tembang-tembang Jawa yang berisi rasa syukur pada pemberian bumi. “Namanya tembang Ibu Pertiwi dan Pucung,” kata Guritno, koordinator aksi.

Bentangan kain putih itu dibubuhkan tulisan bernada protes, yakni ibu bumi wis maringi, ibu bumi dilarani, ibu bumi kang ngadili (bumi yang memberi, bumi yang disakiti, bumi yang mengadili). "Bila bumi sudah memberikan kemakmurannya kepada manusia, namun justru dirusak, sudah seharusnya diserahkan kepada bumi lagi," tutur Guritno.

Sembilan perempuan yang menari teatrikal itu berasal dari Pati, Grobogan, dan Rembang. Mereka adalah Sukinah, Supini, Murtini, Surani, Kiyem, Ngadinah, Karsupi, Deni, dan Rimabarwati. Sebelumnya mereka juga pernah melakukan aksi mengecor kakinya dengan semen di depan Istana Negara beberapa waktu lalu.

Ini merupakan kedua kalinya warga lereng Kendeng mendatangi Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya. Tujuannya masih sama, mereka ingin menanyakan perkembangan kasus sengketa lahan dengan PT Semen Indonesia. "Warga juga ingin memastikan apakah hakim yang menyidangkan perkara ini bersertifikasi lingkungan atau tidak," ucap Guritno.

Setelah menggelar teatrikal, acara ditutup dengan doa bersama dan menyantap bubur merah-putih. Guritno mengatakan, dalam tradisi Jawa, bubur identik dengan persaudaraan. Dengan simbol bubur, kata Guritno, warga tetap menjaga kekompakan untuk melestarikan lingkungan.

Guritno berujar lahan seluas 2.700 hektare di Rembang terancam musnah untuk pembangunan PT Semen Indonesia. Wilayah yang meliputi dua kecamatan dan empat desa itu merupakan lahan pertanian untuk mata pencarian mereka. Menolak lahannya dijadikan pabrik semen, warga pun menggugat surat izin pendirian pabrik ke Pengadilan Negeri Tata Usaha Negara Semarang.

Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang mengabulkan permintaan mereka. Namun kasus ini berlanjut dengan pengajuan banding dari PT Semen Indonesia ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya. Berkas banding itu sampai sekarang masih diperiksa. “Kami berharap putusan hakim sama,” ujar Guritno.

SITI JIHAN SYAHFAUZIAH

Berita terkait

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

4 jam lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

Warga Kendeng Geruduk Kantor Bupati Rembang Tuntut Pemerintah Hentikan Tambang Karst

8 Desember 2023

Warga Kendeng Geruduk Kantor Bupati Rembang Tuntut Pemerintah Hentikan Tambang Karst

Kedatangan para petani itu merespon rencana Bupati Rembang menarik pajak retribusi dari tambang ilegal yang beroperasi di daerah tersebut. "Merespon wacana itu, JM-PPK merasa kecewa dengan komitmen bupati," ujar perwakilan JM-PPK, Joko Prianto

Baca Selengkapnya

Ganjar Pranowo Copot Kepala SMKN 1 Sale Rembang karena Dugaan Pungli

12 Juli 2023

Ganjar Pranowo Copot Kepala SMKN 1 Sale Rembang karena Dugaan Pungli

Ganjar Pranowo mencopot Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Rembang karena dugaan pungli. Dinas Pendidikan sebut uang itu untuk infak pembangunan musala.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Kepadatan di Jalur Pantura Pati-Rembang, Jembatan Juwana Mulai Dibuka

3 April 2023

Antisipasi Kepadatan di Jalur Pantura Pati-Rembang, Jembatan Juwana Mulai Dibuka

Jembatan JUwana dibuka untuk mengatasi kepadatan arus lalu lintas di Jalur Pantura Pati - Rembang, khusus menjelang mudik Lebaran 2023.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Efek Cuaca Ekstrem di Jawa Tengah, BRIN Gelar Operasi TMC

24 Februari 2023

Antisipasi Efek Cuaca Ekstrem di Jawa Tengah, BRIN Gelar Operasi TMC

BRIN dan BMKG menggelar Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Tengah untuk mengantisipasi efek Cuaca Ekstrem.

Baca Selengkapnya

Batik Lasem, Semula Busana Khas Tionghoa di Rembang

23 September 2022

Batik Lasem, Semula Busana Khas Tionghoa di Rembang

Warna merah pada batik Lasem terbuat dari akar mengkudu, akar jeruk ,ditambah air Lasem yang kandungan mineralnya sangat khas.

Baca Selengkapnya

Batik Lasem, Batik Khas Rembang Hasil Perpaduan Kultur

23 September 2022

Batik Lasem, Batik Khas Rembang Hasil Perpaduan Kultur

Tasini menjelaskan perbedaan batik Lasem dengan batik dari daerah lain, adalah warna merah yang biasa tampak mendominasi budaya Tiongkok.

Baca Selengkapnya

78 Tahun KH Mustofa Bisri: Gus Mus Ulama yang Sastrawan, Berikut ini Karya-karyanya

11 Agustus 2022

78 Tahun KH Mustofa Bisri: Gus Mus Ulama yang Sastrawan, Berikut ini Karya-karyanya

KH Mustofa Bisri atau Gus Mus pada 10 Agustus 2022 berusia 78 tahun. Berikut profil dan karya-karya sang ulama yang sastrawan ini.

Baca Selengkapnya

Ganjar Pranowo Dapat Penghargaan, Warga Terdampak Kerusakan Lingkungan: KLHK Kurang Cermat

21 Juli 2022

Ganjar Pranowo Dapat Penghargaan, Warga Terdampak Kerusakan Lingkungan: KLHK Kurang Cermat

Penghargaan Green Leadership untuk Gubernur Ganjar Pranowo dipertanyakan oleh warga terdampak kerusakan lingkungan di Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Penyakit Mulut dan Kuku Terdeteksi di Empat Daerah Jawa Tengah

13 Mei 2022

Penyakit Mulut dan Kuku Terdeteksi di Empat Daerah Jawa Tengah

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebutkan penyakit mulut dan kuku pada hewan terdeteksi di empat daerah di wilayahnya

Baca Selengkapnya