Demo Dukung NKRI di Papua, Pasar dan Swalayan Sempat Tutup
Editor
Maria Rita Hasugian
Kamis, 2 Juni 2016 14:17 WIB
TEMPO.CO, Jayapura- Massa yang menamakan diri Barisan Rakyat Pembela NKRI (BARA NKRI) melakukan aksi demonstrasi damai hari ini, 2 Juni 2016. Massa BARA NKRI menuntut agar organisasi-organisasi massa yang bertentangan dengan UUD 1945 dan Pancasila dibubarkan karena merongrong keutuhan NKRI di Tanah Papua.
Wakil Ketua BARA NKRI, Umar saat ditemui Jubi di Lapangan Trikora mengatakan aksi yang mereka lakukan tersebut bukan atas dasar paksaan, bukan tandingan atau punya kepentingan.
“Selama ini kami selalu diam dan saat ini kami mau menunjukan kepada Papua bahwa kami ini ada dan tetap mendukung agar Papua masuk dalam bingkai NKRI,” katanya.
Umar mengatakan, massa yang datang pada hari ini datang dari berbagai elemen masyarakat yang intinya mengajak seluruh lapisan masyarakat Papua guna membangun Papua semakin baik lagi ke depannya.
“Kalau kita berbicara masalah merdeka, bicara masalah referendum maka kita mundur jauh kebelakang. Mari kita dukung pemerintah dan mendukung secara penuh program Otsus untuk membangun Papua lebih damai dan sejahtera,” ujarnya.
Umar menambahkan pihaknya sama sekali tidak mengenal yang namanya 1 Desember yang ada hanya 1 Mei yakni hari pemersatu bangsa yang merupakan hari integrasi.
“Kami juga dalam aksi ini menuntut kepada pemerintah Inggris untuk menangkap Benny Wenda dan diserahkan ke pemerintahan Indonesia karena yang bersangkutan adalah DPO,” ujar Umar.
Sejumlah toko di Pasar Yotefa dan swalayan yang ada di wilayah Abepura dan sekitarnya terlihat tutup sejak pagi hari. Hal ini dikarena, surat edaran yang diedarkan di Pasar Yotefa kemarin untuk demo damai.
Marten Sremsrem seorang petugas keamanan pasar dari Dinas Perindakop Kota Jayapura, mengatakan walaupun sudah ada imbauan dari kepala pasar bahwa Pasar Yotefa tetap dibuka, namun para pedagang lebih memilih menutup lapaknya untuk berpartisipasi dalam aksi demo damai.
“Bukan hanya itu saja, para pengunjung di pasar ini juga sepi, tidak seperti hari-hari biasanya. Para pedagang dari Arso yang biasanya subuh sudah berada di pasar tetapi hingga saat ini tidak ada satupun pedagang dari Arso yang datang,” katanya kepada Jubi.
Dalam selebaran ajakan demo, BARA Pembela NKRI meminta semua elemen baik suku, agama dan kelompok profesi turun jalan menyuarakan NKRI. BARA Pembela NKRI juga meminta maaf apabila aktivitas bisnis terganggu sejenak dalam selebaran yang dibagikan kepada masyarakat H-1 sebelum aksi demo damai.
“Kita korbankan waktu sejenak untuk menciptakan iklim perekonomian yang lebih baik dalam jangka panjang. Mari kita hormati saudara-saudara kita yang menyuarakan NKRI,” begitulah bunyi selebaran tersebut.
Seorang warga menjadi korban pemukulan di Lapangan Trikora saat massa aksi BARA Pembela NKRI mempersiapkan aksi pawai menuju Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP).
“Saya haya tanya saja, dong demo ini untuk apa. Tiba-tiba ada yang pukul saya. Dari lapangan langsung datang beberapa orang juga mau pukul. Untung ada polisi,” kata Mama Hendrika Kowenik, kepada Jubi di depan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Cenderawasih (Uncen).
Ia menambahkan, orang-orang yang memukuli dia juga menarik baju dan rambutnya.Mama Hendrika mengaku bukan cuma dia yang dipukul. Seorang laki-laki yang memboncengi dia juga sempat dipukul. Laki-laki itu kemudian lari melihat banyak orang yang datang menuju dia.
Mama Hendrika yang ditemui Jubi sedang menangis di depan FKM ini juga mengaku ia sempat akan dibawa oleh polisi untuk diamankan di Polsek Abe. Tapi entah kenapa, dia diturunkan di depan FKM. “Dorang hanya antar saya dari Lapangan Trikora sampai depan FKM Uncen ini saja,” ungkap Mama Hendrika.
TABLOIDJUBI.COM