TEMPO.CO, Jakarta - Satu jenazah kembali ditemukan di pegunungan Poso, tempat Operasi Tinombala dilakukan, pada Selasa, 24 Mei 2016. Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Rudy Sufahriadi mengatakan jenazah yang ditemukan tersebut diduga anggota kelompok teroris pimpinan Santoso.
Rudy berujar, penemuan jenazah tersebut berawal dari kontak tembak yang terjadi antara polisi dan kelompok Santoso pada 15 Mei lalu. Dari kontak tembak itu, dua orang meninggal dari kelompok Santoso.
Namun dua jenazah tersebut baru bisa dievakuasi dua hari kemudian, yakni 17 Mei 2016. "Saat evakuasi itu, sempat terjadi baku tembak lagi. Kemungkinan satu jenazah ini korban baku tembak itu," ucapnya di Markas Besar Kepolisian RI, Jakarta, Rabu, 25 Mei 2016.
Jenazah tersebut ditemukan dalam keadaan terkubur, tapi kakinya masih terlihat, sehingga ditemukan warga. "Warga menemukan lalu dilaporkan ke pos. Kami melakukan evakuasi," tuturnya.
Saat ini jenazah telah berada di Rumah Sakit Bhayangkara, Palu. Rudy menjelaskan, berdasarkan identifikasi sementara, jenazah tersebut mirip dengan salah satu buron yang ada dalam daftar Polri. Hal itu dilihat dari tahi lalat di sebelah kanan wajahnya. "Kalau dilihat dari DPO (daftar pencarian orang), namanya Aco. Ini diperkirakan. Saya ada fotonya. Namanya Sucipto dari Malino," ujarnya sambil memperlihatkan foto Aco.
Kendati demikian, Polri masih akan tetap melakukan tes DNA untuk memastikan. Begitu juga dengan dua jenazah yang ditemukan sebelumnya. "Karena sudah agak rusak, jenazah harus dites DNA, dan keluarganya nanti diharapkan datang ke Palu. Kita akan cek lagi," ucapnya.
Sejak Januari lalu, Polri menggelar Operasi Tinombala di Pegunungan Poso. Operasi ini bertujuan mengejar dan menangkap kelompok teroris pimpinan Santoso. Saat ini merupakan Operasi Tinombala yang ketiga setelah sebelumnya pernah diperpanjang.
INGE KLARA SAFITRI