Sampel Darah 41 Terduga Antraks Dikirim ke Makassar
Editor
Abdul Djalil Hakim.
Jumat, 18 Maret 2016 17:55 WIB
TEMPO.CO, Pinrang - Sampel darah 41 orang yang diduga menderita penyakit antraks dikirim ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar, Sulawesi Selatan.
Mereka tercatat sebagai pasien yang pernah berobat ke Puskesmas Pembantu di Desaa Malimpung, Kecamatan Patampanua, dan Puskesmas Teppo di Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang.
Dokter yang bertugas di Puskesmas Teppo, Vikayani Wekoila, menjelaskan telah membuka posko sejak terjadi kematian puluhan ekor sapi di daerah itu. “41 orang itu yang terdata memeriksakan diri dengan keluhan batuk, demam dan sesak nafas,” katanya, Jumat, 18 Maret 2016.
Menurut Vikayani, rata-rata pasien mengalami gejala seperti infeksi saluran pernafasan. Keluhan itu dirasakan setelah mereka mengkonsumsi daging sapi yang diduga terjangkit antraks.
Itu sebabnya, pihak Puskesmas berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang mengirimkan sampel darah mereka ke Makassar guna memastikan penyakit yang dideritanya.
Sementara itu Adi Firman dan Gunawan, pasien yang dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah Lasinrang, Pinrang, dinyatakan negatif dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri Basilus Anthracis itu.
"Kemungkinan besar hanya alergi biasa," ujar Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang, Mursalim, Jumat, 18 Maret 2016.
Pernyataan negatif antraks terhadap Adi Firman dan Gunawan, warga Desa Malimpung, itu tertuang dalam surat Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar Nomor 16103897-16103907/LHU/BBLK-MKS/III/2016 tertanggal 16 Maret 2016.
Negatif antraks juga bagi delapan orang keluarga dan tetangga terdekat Adi Firman dan Gunawan, juga sampel darahnya ikut diperiksa. Selain berdekatan dengan sapi yang mati, mereka juga dikhawatirkan mengkonsumsi daging sapi yang mati.
Drektur RSUD Lasinrang, Hasnah Syam, mengatakan Adi Firman dan Gunawan sudah diperbolehkan pulang setelah menjalani perawatan selama enam hari. "Kondisinya sudah baik,” ucapnya sembari menjelaskan luka di bagian kaki kedua orang itu, yang sempat kontak langsung dengan darah hewan, sudah sembuh dan mengering.
Kematian mendadak sapi dan kerbau terjadi dalam dua minggu terakhir. Jumlah paling banyak di Desa Malimpung. Jumlahnya tercatat 31 ekor sapi dan 5 ekor kerbau. Peristiwa itu membuat para peternak dan warga panik.
Penyakit antraks yang merebak di Kabupaten Pinrang mendapat perhatian pemerintah pusat. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Muladno, secara khusus mengunjungi Desa Malimpung, Selasa, 8 Februari 2016 lalu.
Muladno meminta para peternak agar tidak menjual sapi yang diduga mengidap penyakit antraks. "Sangat berbahaya daging sapi yang terkena bakteri antraks jika dikonsumsi manusia, bisa menyebabkan kematian karena menyerang limpa," tuturnya.
Muladno terkejut ketika mengetahui salah seorang peternak, Zainuddin, 46 tahun, yang mengaku menjual murah sapi yang telah mati karena diduga mengidap penyakit antraks seharga Rp 1,5 juta perekor.
DIDIET HARYADI SYAHRIR