TEMPO.CO, Luwu - Satuan Samapta Bhayangkara Kepolisian Resor Luwu mengangkut paksa 26 siswa SMAN 1 Belopa yang masih mogok belajar. Mereka dibawa ke kantor Polres Luwu menggunakan truk Dalmas.
Kepala Satuan Intelijen Polres Luwu Ajun Komisaris Hafiuddin mengatakan para siswa dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan karena polisi menduga aksi mereka ada yang menunggangi. "Hanya mau diinterogasi, tidak mungkin siswa ini demo kalau tidak ada pihak lain yang memprovokasi," kata Hafiuddin.
Hafiuddin mengatakan siswa yang diangkut ke kantor polisi adalah mereka yang berkumpul di salah satu rumah warga di depan sekolah. "Mereka tidak memakai seragam sekolah," ujarnya.
Fahriani, salah seorang guru di SMAN 1 Belopa, mengatakan aksi demo dan mogok belajar sejumlah siswa tak mempengaruhi proses belajar mengajar. "Saya guru berstatus PNS, saya bertanggung jawab untuk mengajar, berapa pun jumlah siswanya," kata Fahriani. Fahriani mengatakan dari 35 muridnya, 25 orang di antaranya tidak masuk belajar.
Haerul, salah seorang siswa yang digelandang ke Polres Luwu mengatakan para siswa diinterogasi polisi untuk memberi tahu siapa yang menyuruh mereka berdemo dan mogok belajar. "Kami sampaikan bahwa aksi kami ini murni keinginan siswa, tidak ada yang menyuruh," kata Haerul.
Menurut Haerul, koordinator lapangan saat demo, Prayogi, diinterogasi khusus di salah satu ruangan di Polres Luwu. "Yogi masih diperiksa, kami tidak tahu di ruangan mana," ujarnya.
Pada Senin, 15 Februari 2015, ratusan siswa SMAN 1 Belopa berunjuk rasa di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu. Mereka memprotes sikap Kepala Sekolah Sahrun Zakaria yang dinilai arogan, tidak transparan dalam mengelola dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan melakukan pungutan liar.
Para siswa yang melanjutkan aksinya dengan mogok belajar itu meminta Dinas Pendidikan mencopot Sahrun Zakaria dari jabatannya. Berdasarkan keterangan sejumlah guru, sudah dua hari Sahrun Zakaria tidak masuk kerja.