Perahu Mini Rosul Sampai ke Bali
Editor
Zacharias wuragil brasta k
Selasa, 9 Februari 2016 09:58 WIB
TEMPO.CO, Bangkalan - Kerajinan perahu mini dari Kwanyar, Bangkalan, Jawa Timur, tetap eksis di tengah gempuran mainan pabrikan. Perajinnya ialah Rosul, 48, warga setempat. "Perahu ini duplikat perahu tradisional nelayan Kwanyar," katanya ketika ditemui di rumahnya, Senin, 8 Februari 2016.
Saat itu, Rosul sedang tidak menggarap perahu mini. Dia sedang membetulkan mesin perahu. Perahu-perahu kecil yang tergantung di dinding luar langgar rumahnya adalah bukti dari keahliannya itu. "Dia (Rosul) satu-satunya pembuat perahu mini di sini," kata Fathurrahman, warga Desa Pesanggrahan.
Perahu buatan Rosul tak mini-mini amat. Rata-rata panjang perahu satu meter dengan berat tanpa layar setengah kilogram. Dia mengasah keterampilan kerajinanannya itu sejak kecil justru karena keraguannya mampu membuat perahu sungguhan.
Rosul akhirnya memilih berlatih membuat perahu kecil, sekadar mewujudkan rasa ingin tahunya membuat perahu. "Pertama kali buat tahun 1980an dan terus sampai sekarang," kata Rosul mengenang.
Rosul tak pernah menjajakan perahu mini buatannya. Bila saat ini sudah ada yang beredar di Pulau Dewata hingga Palembang, Sumatera Selatan, itu karena promosi dari mulut ke mulut dan bantuan para tetangga yang hidup di perantauan.
Saat akan kembali ke perantauan, mereka membawa beberapa buah perahu buatan Rosul untuk dijual di Bali atau Palembang. "Pemesanannya pun tidak rutin, hanya kalau lagi pulang dari perantauan."
Meski mini, kata Rosul, teknik dan peralatan yang digunakan sama dengan pembuatan perahu besar. Yang membuat beda adalah bahannya. Perahu mini menggunakan batang kayu waru.
Menurut Rosul, kendala utama kerajinan ini adalah minimnya bahan baku kayu waru jenis gajah yang selama ini biasa digunakannya. "Kalau tidak ada Waru, bisa pakai pohon kapas. Kelemahannya, batang kapas mudah mengerut dan keropos kalau terkena air laut," katanya.
Rosul bisa menyelesaikan satu perahu mini dalam 4 hari, mulai pemahatan, penghalusan, pengecatan hingga pembuatan layar. Satu perahu mini itu dibanderol seharga Rp 100-300 ribu, tergantung ukuran dan motif. "Karena bahan baku sulit, sekarang saya baru buat kalau ada pesanan," ucapnya.
Pasaran perahu mini buatan Rosul makin bergairah pada 2012 setelah ada lomba balapan perahu mini di Kwanyar. Pesanan perahu pun membludak.
Memet, 35 tahun, tokoh pemuda di Kwanyar mengatakan, sejak 2012 hingga 2015, lomba balapan perahu semakin semarak dan pesertanya terus bertambah. Dia berharap ada perhatian dari pemerintah daerah terhadap nasib kerajinan perahu mini di Kwanyar, misalnya dengan memberi bantuan mesin kompresor untuk pengecatan agar hasilnya lebih baik, rapi, dan indah. "Selama ini pengecatan manual pakai kuas," ujarnya.
MUSTHOFA BISRI