Seorang Ibu bersama anaknya yang merupakan warga eks-Gafatar berjalan menuju terminal keberangkatan di Bandara Supadio, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, 22 Januari 2016. Pemerintah memulangkan 2.391 warga eks-Gafatar ke daerah asal yaitu Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. ANTARA/Jessica Helena Wuysang
TEMPO.CO, Semarang – Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang mengirimkan tim untuk memberikan pendampingan kepada para pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Jawa Tengah yang kini berada di Asrama Haji Donohudan, Surakarta.
Wakil Rektor UIN Walisongo Semarang Imam Taufiq menyatakan tim akan bertugas memulihkan kepercayaan diri para pengikut Gafatar yang sempat dianggap sesat dan mengalami pengusiran.
“Kami meletakkan mereka (eks Gafatar) sebagai sahabat. Mereka butuh support dan kami ingin membantu mereka untuk santai dan memberikan kenyamanan yang layak,” kata Imam Taufiq kepada Tempo di Semarang, Senin, 25 Januari 2016.
Tim UIN Walisongo berangkat tadi pagi. Mereka terdiri atas 15 dosen dan mahasiswa. Tim pendampingan UIN juga menyiapkan bahan-bahan diskusi bersama eks Gafatar dengan berbagai tema, seperti komitmen kebangsaan, cinta Tanah Air, bela negara, hingga konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tim pendampingan dari UIN akan melakukan diskusi dan permainan-permainan agar mereka bisa santai layaknya orang biasa.
Imam menyatakan tim dibagi dalam dua kategori, yakni bidang psikologi yang berbasis pada ilmu tasawuf serta tim yang khusus mendampingi para perempuan dan anak-anak. Tim dari UIN memang sengaja menggabungkan ilmu psikologi dan tasawuf dengan berbasis keagamaan. Sebab, kata Imam, eks Gafatar juga sempat dipersoalkan karena masalah keyakinan.
Imam menyebut eks Gafatar bukanlah pengungsi biasa dan bukan orang yang sakit jiwa. “Maka kami juga akan menggunakan aspek-aspek berbasis keagamaan dan pendekatan spiritual,” ujar Imam. Adapun pendampingan perempuan dan anak dinilai sangat perlu. Sebab, kelompok ini juga harus menggunakan pendekatan secara khusus. Apalagi, kata Imam, jumlah eks Gafatar perempuan dan anak-anak yang ada di Asrama Haji Donohudan mencapai 250 orang.
Tim pendamping UIN juga membawa berbagai alat permainan, seperti bola dan alat bermain catur. “Mereka butuh support sehingga harus ada permainan-permainan yang menghibur,” tutur Imam.