11 Anggota Gafatar Digagalkan Hijrah dari Daerah Ini
Editor
Zacharias wuragil brasta k
Rabu, 20 Januari 2016 23:00 WIB
TEMPO.CO, Kediri - Pemerintah Kabupaten Kediri di Jawa Timur menjamin keamanan warganya yang pulang dari hijrah Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Kalimantan. Pemerintah daerah setempat mengklaim telah menghadang 11 warga lainnya yang hendak menyusul hijrah.
“Jauh sebelum hiruk pikuk ini, bupati sudah mengeluarkan surat edaran pengawasan terhadap gerakan radikal di Kediri,” kata Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Kediri Haris Setiawan, Rabu 20 Januari 2016.
Haris mengatakan adanya langkah verifikasi terhadap warga yang bergabung dalam organisasi Gafatar. Pemeriksaan dilakukan petugas dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) di sebuah rumah di Kecamatan Pare yang penghuninya dikabarkan ikut hijrah ke Pontianak, Kalimantan Barat.
Dia memastikan aktivitas Gafatar yang berkantor di Kecamatan Gurah telah lama non aktif. Sayangnya pemerintah tak mengetahui jika sejumlah warganya yang tergabung dalam organisasi itu telah berangkat ke Pontianak mengikuti hijrah.
Meski begitu, Haris menambahkan, sebanyak 11 anggota Gafatar lainnya yang hendak menyusul ke Pontianak telah berhasil digagalkan. Kepada mereka, tim gabungan yang terdiri dari tokoh agama, Kesbanglinmas, Koramil, dan Polsek memberi pengertian agar meninggalkan organisasi tersebut.
Pemerintah Kabupaten Kediri juga menyatakan siap melakukan penjemputan terhadap sejumlah warganya yang berada di lokasi penampungan Mempawah, Pontianak. Pemerintah juga menjamin keselamatan mereka jika kelak bersedia pulang ke kampung halaman. “Kami sudah dekati masyarakat dan tokoh agama setempat agar membantu membimbing mereka kembali,” kata Haris.
Sebelumnya seorang warga di Jalan Semeru, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri mengaku kehilangan tiga anggota keluarganya. Minghaj Maitigor, 21 tahun, mengatakan ibu dan dua saudaranya berangkat ke Pontianak sejak 28 Oktober 2015 untuk mengikuti program hijrah yang dilakukan Gafatar.
Mereka terdiri dari ibu yakni Katumi 48 tahun, kakaknya Ganif Eko Yulianto, 30 tahun, dan adiknya Imam Sapta Maulana, 19 tahun. “Mereka diajak ibu yang lebih dulu aktif di Gafatar,” kata Minghaj.
Dalam selama perantauan tersebut, sang adik yakni Imam Sapta Maulana kerap menelepon Mighaj secara diam-diam. Kepada kakaknya, Imam mengaku capek mengikuti program Gafatar yang menyuruhnya bercocok tanam mulai pagi hingga malam tanpa upah sepeserpun.
HARI TRI WASONO