Di Daerah Ini, Banyak Arca Kuno Ditinggalkan di Lokasi
Editor
Raihul Fadjri
Kamis, 7 Januari 2016 05:35 WIB
TEMPO.CO, Boyolali - Rumah Arca di Taman Sonokridanggo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, dinilai sudah kelebihan muatan. “Bisa dikatakan Rumah Arca ini sudah overload,” kata juru pelihara Rumah Arca Boyolali, Giyanto, Rabu, 6 Januari 2016.
Rumah Arca dikelola Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah. Rumah Arca dibangun pada 1991 dengan luas sekitar 196 meter persegi. Bangunan berupa pendopo berpagar teralis besi di timur Simpang Lima Kota Boyolali itu kini menyimpan sekitar 200 arca yang ditemukan di Boyolali.
Mayoritas arca yang berstatus milik BPCB Jawa Tengah itu terbuat dari batu andesit dan merupakan peninggalan masa kerajaan Hindu - Budha pada kurun abad 8-12 Masehi. Jenis arcanya bermacam-macam, dari arca Dewa Siwa, Ganesha, Lingga, Yoni, hingga Nandini (arca berbentuk sapi).
Menurut Giyanto, seluruh arca sudah terdata dengan baik. Meliputi data nama, masa pembuatan, hingga waktu dan lokasi penemuan. Arca-arca itu berasal dari 19 kecamatan di Boyolali. “Tapi paling banyak dari Teras, Sawit, Mojosongo, Banyudono, dan Boyolali,” kata Giyanto.
Banyaknya arca dari bermacam jenis dan ukuran yang disimpan di Rumah Arca membuat pengunjung tak leluasa bergerak lantaran sempitnya celah yang tersisa. Sempitnya Rumah Arca menyebabkan banyak arca penemuan terbaru yang tidak tertampung. “Masih ada sekitar 100 arca yang sampai saat ini masih berada di lokasi penemuannya,” kata Giyanto.
Salah satu arca yang belum tertampung di Rumah Arca adalah arca mirip Dewa Siwa yang ditemukan warga di areal persawahan wilayah Dukuh Ngares, Desa Kadireso, Kecamatan Teras, pada Senin lalu. “Rumah Arca fungsinya untuk mengamankan, memelihara, dan melestarikan arca yang merupakan benda cagar budaya,” kata Giyanto.
Lantaran Rumah Arca sudah padat, Giyanto berujar, pengamanan dan pemeliharaan arca yang masih tersebar di luar dilakukan dengan kunjungan secara berkala. “Kesadaran masyarakat patut diapresiasi dalam melestarikan arca di wilayah mereka,” ujar Giyanto.
Bahkan, Giyanto menambahkan, ada sebagian masyarakat yang keberatan ketika arca di kampungnya hendak dipindahkan, karena kuatnya keyakinan bahwa arca itu mendatangkan kesuburan dan kemakmuran.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Boyolali, Mulyono Santoso, mengatakan Dinas harus berkoordinasi dengan BPCB Jawa Tengah tiap ada penemuan arca baru. “Karena kami tidak punya tim ahli cagar budaya,” kata Mulyono.
DINDA LEO LISTY