Nelayan mengkait seekor Hiu di Tempat Pelelangan Ikan, Karangsong, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (9/1). Ikan hiu tergolong dalam satwa yang dilindungi keberadaannya sejak pertengahan 2013. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
TEMPO.CO, Indramayu - Pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) termasuk solar mulai Selasa, 5 Januari 2016. Harga solar turun dari Rp 6.700 menjadi Rp 5.650.
Penurunan harga solar mendapat sambutan dari para nelayan. “Kami pasti senang harga solar turun,” kata Sahroni, nelayan asal Desa Karangsong, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Selasa, 5 Januari 2016.
Menurut Sahroni, selama ini pembelian solar merupakan modal terbesar nelayan untuk melaut. Dengan turunnya harga solar, biaya melaut diharapkan bisa berkurang.
Sahroni bercerita, biaya pembelian solar untuk melaut selama 40 hari mencapai Rp 100 juta. Namun dengan turunnya harga solar, pembelian solar bisa turun menjadi hanya sekitar Rp 80 juta. “Penurunan itu sudah cukup besar,” katanya.
Namun, berbeda dengan nelayan, pengguna angkutan umum justru mengeluh karena tarif angkutan umum yang tak kunjung turun. Juju, pengguna angkutan umum, mengatakan saat naik minibus jenis ‘elf’ dari Babakan menuju Cirebon masih Rp 7 ribu. "Tarif angkot pun masih Rp 4 ribu. Jadi, ya, percuma saja solar turun, tarif angkutan umum tidak turun,” katanya.
Wakil Ketua Organda Cirebon Tabrani mengakui jika saat ini tarif angkutan umum di Cirebon belum ada yang turun. “Karena penurunan solar tidak terlalu banyak,” katanya.
Menurut Tabrani, penurunan BBM masih dalam skala yang sudah ditentukan saat ini. Untuk itu, tarif angkutan umum tidak akan turun. "Kecuali penurunan harga BBM mencapai lebih dari Rp 1.000 per liter, tarif angkutan umum juga bisa turun."