Khofifah Ingatkan Pentingnya Toleransi dan Terorisme
Editor
Pruwanto
Kamis, 24 Desember 2015 14:43 WIB
TEMPO.CO, Mojokerto - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengingatkan mengenai keberagaman agama dan toleransi serta ancaman terorisme dalam peringatan kelahiran atau Maulid Nabi Muhammad di Mojokerto, Jawa Timur, Kamis, 24 Desember 2015.
“Ada yang beragama Islam, Hindu, Buddha, dan sebagainya. Kenapa kita diciptakan berbeda-beda…?” kata Khofifah di lapangan Surodinawan, Kecamatan Prajuritkulon. “Di bawah kepemimpinan Rasulullah, seluruh masyarakat yang dipimpin, baik agama maupun suku apa pun, semua dalam keadaan aman. Ini yang harus ditumbuhkan.”
Khofifah menyinggung penangkapan orang yang dianggap sebagai anggota kelompok teroris di Mojokerto, Jawa Timur. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) ini menyesalkan adanya ancaman kekerasan atas nama agama di daerah itu. Padahal, kata dia, semua pemimpin dan masyarakat patut meneladani nabi yang sangat toleran.
“Baru-baru ini Densus 88 menangkap terduga teroris, termasuk di Mojokerto. Mari semua menjaga akhlak anak-anak dan mencontoh Nabi Muhammad,” ujarnya.
Dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad ini, Pemerintah Kota Mojokerto bersama masyarakat setempat menggelar 5.000 tumpeng layah. Tumpeng berisi nasi dan sejumlah lauk-pauk itu disajikan dalam wadah layah, yakni piringan tembikar tanah liat berukuran besar. Sebelum sambutan para pejabat, 5.000 tumpeng layah dimakan bersama ribuan warga yang didominasi ibu-ibu.
Wali Kota Mojokerto KH Mas’ud Yunus mengatakan tumpeng layah itu merupakan tradisi warga Kota Mojokerto setiap maulid Nabi. “Kami sengaja menggunakan layah agar layah produksi perajin lokal setidaknya laris setiap kali maulid nabi,” tuturnya.
Selain itu, menurut pejabat yang juga ulama ini, penggunaan layah dari tembikar tanah liat sangat ramah lingkungan. “Kalau kita pakai plastik nanti terurainya lama. Kalau pakai layah dari tanah liat, kan, mudah terurai,” ucapnya.
Selain mentradisikan tumpeng layah, para peserta pengajian juga diwajibkan memakai pakaian batik khas Majapahit, baik pejabat maupun masyarakat biasa. “Dengan begini, batik lokal akan laris,” kata Mas’ud.
ISHOMUDDIN