Seorang pengunjung berjalan menikmati air laut yang bening di Pantai Pulau Merah. Berjarak 60 kilometer dari pusat kota Banyuwangi yang di tempuh selama dua jam perjalanan, pengunjung dapat menikmati beningnya air laut hamparan pasir putih yang bersih. Banyuwangi, 16 Juli 2015. FULLY SYAFI
TEMPO.CO, Surabaya - Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur Ony Mahardika meminta pemerintah segera mencabut izin penambangan emas PT Bumi Suksesindo (PT BSI). Kementerian Lingkungan Hidup juga diminta mengubah status ahli fungsi hutan produksi untuk dikembalikan kembali menjadi kawasan hutan lindung.
Menurut Walhi, penambangan yang dilakukan PT Bumi Suksesindo rawan terjadi konflik. "Konflik ini sudah terjadi berulang-ulang," kata Ony ketika dihubungi Tempo, Kamis, 26 November 2015.
Ini membuktikan pemerintah telah melakukan pembiaran terhadap konflik yang terjadi akibat penambangan emas itu. Padahal, menurut Ony, konflik antara masyarakat dan perusahaan tambang telah terjadi sebanyak tiga kali. Pemerintah dinilai ikut menyokong terjadinya konflik, yang pasti berujung pada kekerasan. "Kami sangat mengutuk keras konflik itu."
Selain itu, Walhi juga mengutuk segala tindakan represif yang dilakukan oleh polisi maupun TNI untuk mengatasi kerusuhan. Ini terbukti beberapa warga ditembak oleh polisi dengan peluru karet saat kerusuhan tadi malam.
"Konflik-konflik kekerasan yang dilakukan oleh polisi atau TNI selalu-selalu berulang-ulang terhadap masyarakat kecil sehingga selalu terjadi pelanggaran hak asasi manusia," ujar Ony.
Tadi malam, terjadi kerusuhan di area pertambangan emas milik PT Bumi Suksesindo. Kerusuhan itu berlangsung sejak Rabu siang hingga Kamis dinihari, 26 November 2015, sekitar pukul 03.00 WIB.
Kerusuhan terjadi setelah warga tidak puas dalam pertemuan dengan pihak PT Bumi Suksesindo, Kepolisian Resor Banyuwangi, dan pemerintah daerah di Hotel Baru Indah, Rabu siang, 25 November 2015. Warga yang menginginkan pertambangan emas ditutup itu langsung berunjuk rasa di kantor PT Bumi di Pulau Merah, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran.
Unjuk rasa ricuh, aparat keamanan bentrok dengan warga. Diduga empat warga ditembak polisi dengan peluru karet. Selain itu, sejumlah fasilitas PT Bumi Suksesindo, seperti alat berat, tempat penampungan solar, dan sejumlah rumah yang dipakai kantor juga ikut dirusak dan dibakar oleh massa.