Suasana Sungai Kahayan yang berselimut kabut asap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 3 Oktober 2015. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia menemukan bahwa dari Januari hingga September 2015, ada 16.334 titik panas (berdasarkan LAPAN) atau 24.086 (berdasarkan NASA FIRM) yang tersebar di lima provinsi yaitu Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan dan Riau. ANTARA/Rosa Panggabean
TEMPO.CO, PEKANBARU -Kabut asap sisa kebakaran hutan dan lahan kian pekat menyelimuti Riau. Bukan hanya mengganggu penerbagan komersil di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. Operasi pemadaman api lewat udara menggunakan helikopter waterbombing dan modifikasi cuaca terhambat. Jarak pandang menurun hingga 200 meter.
"Asap pekat sekali, kami tidak bisa terbang memadamkan api dengan helikopter," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau, Edwar Sanger, kepada Tempo, Jumat, 23 Oktober 2015.
Menurut Edwar pemadaman lewat udara sebenarnya menjadi andalan kegiatan mitigasi dan pemadaman di Riau, Lantaran satgas darat kesulitan menjangkau daerah titik panas yang kebanyakan jauh di dalam hutan. Namun jarak pandang hanya 200 meter sangat tidak memungkinkan untuk melakukan pemadaman lewat udara sehingga helikopter pemadam tidak dapat bekerja.
Maka lanjut Edward, tim pemadam terpaksa menambah kekuatan personil untuk pemadaman di darat. Sebanyak 50 personil Manggala Agni ditambah memadamkan api di kawasan Rimbo Panjang, Kampar dan 150 personil digeser ke Pelalawan. "Kami tambah kekuatatan untuk pemadaman lewat darat," ujarnya.
Edwar mengatakan, sudah dua hari helikopter pemadam tidak dapat terbang akibat asap pekat sehingga menghambat proses mitigasi dan patroli bekas lahan terbakar. Alhasil titik panas kembali bermunculan di beberapa wilayah Riau. "Kebanyakan titik api kembali muncul di lahan yang pernah terbakar," katanya.
Edwar mengaku, kemunculan titik api beberapa hari belakangan ini lantaran satgas udara tidak dapat bekerja dengan maksimal akibat asap pekat kiriman dari Sumatera Selatan dan Jambi. Asap pekat membuat helikopter tidak dapat terbang sehingga kawasan bekas lahan terbakar tidak terpantau lalu kembali menyala.