Halaman akun Facebook Achmad Yusuf asal Banyuwangi yang mengunggah gambar perlakuan sadisnya terhadap dua kucing hutan. Foto ini diunggah pada Rabu 14 Oktober 2015. Facebook.com
TEMPO.CO, Bandung - Sejumlah pembunuh dan penyantap satwa liar belakangan ramai pamer foto hewan buruannya di media sosial. Psikiater di Rumah Sakit dr Hasan Sadikin, Bandung, Teddy Hidayat, mengatakan para pelaku belum tentu sakit jiwa, melainkan punya kepribadian khusus. Dari narsis atau membanggakan diri hingga pembunuh berdarah dingin.
Teddy mengatakan para pelaku punya motif ingin mendapatkan pujian dari orang lain karena perbuatannya unik dan merasa hebat. "Orangnya narsis juga. Sebab, setelah melakukan itu, fotonya dikirim ke media sosial," ujar Teddy kepada Tempo, Rabu, 21 Oktober 2015.
Psikiater senior itu juga melihat sisi lain kepribadian pelaku, yakni pelanggar hukum, norma, atau adat, dan tidak peduli pada orang atau makhluk lain. "Mereka juga arogan, tidak punya rasa kasihan. Hati nuraninya tumpul dan pembunuh berdarah dingin," kata Teddy.
Selain harus berurusan dengan polisi, Teddy menyarankan agar pelaku menjalani konseling kejiwaan setelah motif pamer makan hewan itu diketahui. "Tujuannya agar mereka paham mana yang pantas atau tidak," tutur Teddy.
Menurut Teddy, melihat para pelaku yang berusia dewasa sekitar 20-an tahun, perlu waktu agak lama. Perilakunya tidak bisa diubah seketika karena sepanjang hidupnya sudah terbentuk seperti itu.
Sebelumnya diberitakan, seorang mahasiswi sebuah kampus di Jawa Timur menuai kecaman dan diperiksa polisi setelah mengunggah foto bersama bangkai kucing hutan yang akan menjadi santapannya.
Setelah itu, ada dua pria asal Makassar dan Bengkulu, juga pelaku lain yang diduga dari Jawa Timur, menampilkan bangkai kucing hutan hasil buruan. Padahal kucing hutan merupakan satwa yang dilindungi.