Kisah Frans Tiga Hari Terapung di Danau Toba
Editor
Widiarsi Agustina
Rabu, 21 Oktober 2015 07:30 WIB
TEMPO.CO, YOGYAKARTA- Salah seorang penumpang helikopter tipe EC 130 yang jatuh di Danau Toba, Sumatera Utara, Fransiskus Susbihardayan, menceritakan detik-detik menjelang kecelakaan pada 11 Oktober lalu.
Selama tiga hari dia berusaha menyelamatkan diri dengan menggunakan pelampung dan jok helikopter. Alumnus SMK Penerbangan AAG Adisutjipto itu menceritakannya kepada Tempo di rumahnya di Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, Selasa 20 Oktober 2015.
Pada hari Ahad itu, Frans menumpang helikopter dari Samosir tujuan Medan bersama pamannya, Sugianto. Ia duduk dibaris belakang. Sekitar pukul 11.30 helikopter berangkat untuk menempuh perjalanan selama satu jam tiga puluh menit menuju ibukota Sumatera Utara tersebut.
Baru lima menit mengudara, tiba-tiba kabut menghadang dan menutup jarak pandang. Saat itu posisi helikopter sekitar 3.000 kaki di atas permukaan laut. Frans merasakan helikopter sempat berbelok ke kiri dua kali sebelum oleng dan jatuh menabrak air.
Baca juga:
Anggota DPR Dewie Limpo Tersangka Suap Rp 1,7 M, Ini Proyeknya
Begini Kronologi KPK Tangkap Dewie Yasin Limpo
Ketika terjatuh, ia dan lima penumpang lainnya dalam keadaan selamat. Menggunakan pelampung dan jok helikopter mereka berupaya menyelamatkan diri. “Ada kursi yang bisa dilepas dan kami berpegangan supaya bisa mengapung,” katanya.
Frans dan kelima penumpang lainnya berupaya berenang untuk mencari pertolongan. Frans memutuskan melepaskan pakaian yang ia kenakan termasuk sepatu supaya tidak menambah beban tubuh dan tidak tenggelam. “Hanya tinggal celana pendek dan kaus oblong,” katanya.
Beberapa jam kemudian....
<!--more-->
Beberapa jam kemudian mereka terpisah satu sama lain. Ia berusaha berenang bersama pamannya, Sugianto. “Sehari semalam, saya terkatung-katung bersama paman,” ujarnya.
Selama terkatung-katung, Frans harus menghadapi cuaca yang ekstrem, sangat dingin pada malam hari, dan sangat panas pada siang hari. Akibatnya, kulit di punggungnya mengelupas karena panas. "Pak Sugi terlihat pasrah, dia bilang kelelahan," kata Frans.
Pada hari kedua, Frans mulai terpisah dengan pamannya karena hempasan ombak dan hujan. Ia sempat berkali-kali tidak sadar. Bahkan ia tidak tahu saat Sugianto sudah tidak berada di dekatnya.
Frans bertahan dengan memanfaatkan eceng gondok di danau dan meminum air danau hingga diselamatkan Tim SAR pada hari ketiga. Ketika diselamatkan, ia mengaku dalam kondisi tidak sadar. “Yang saya ingat, saya sudah berada di perahu karet dan langsung dilarikan ke rumah sakit di Samosir,” katanya.
Tak lama kemudian Frans diterbangkan ke Rumah Sakit Bhayangkara di Medan. Baru pada Ahad lalu, ia tiba di rumahnya di Kalasan, Sleman.
ANISSATUL UMAH | MUH SYAIFULLAH
Baca juga:
Anggota DPR Dewie Limpo Tersangka Suap Rp 1,7 M, Ini Proyeknya
Begini Kronologi KPK Tangkap Dewie Yasin Limpo