Pengendara melintas di jalan yang dipenenuhi kabut asap kebakaran hutan dan lahan di Pekanbaru, Riau, 30 September 2015. Sumatera Selatan masih menjadi daerah penyumbang titik panas terbanyak mencapai 177 titik. ANTARA/Rony Muharrman
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan menggunakan 40 ton bahan kimia untuk meminimalkan asap akibat pemadaman api kebakaran hutan dan lahan. Kepala BNPB Willem Rampangilei mengatakan bahan kimia tersebut bisa langsung menurunkan suhu secara drastis tanpa menghasilkan asap.
“Pekan depan akan kami uji coba,” kata Willem saat dihubungi, Kamis, 8 Oktober 2015. Uji coba akan dilakukan di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Lokasi itu dipilih karena jumlah titik api masih tinggi. Berdasarkan pantauan citra satelit, terdapat 466 titik api yang masih aktif di wilayah Sumatera Selatan.
Bahan kimia yang akan digunakan tersebut berupa bubuk yang dicampur dengan air. Setelah dicampur, bahan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam mobil pemadam kebakaran untuk disemprotkan ke titik api. BNPB saat ini tengah mencari alat transportasi untuk mengangkut bahan itu ke lokasi.
Bahan tersebut merupakan produk temuan Randall Hartolaksono, ilmuwan asal Surabaya, yang sudah diuji coba di berbagai laboratorium di luar negeri. Menurut berbagai sumber, produk anti-api Randall menggunakan sari pati kulit singkong.
Produk-produk temuan Randall telah mendapat sertifikat uji standar dari beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Ia memiliki perusahaan kimia bernama Hartindo Chemicatama Industri yang memiliki pabrik perakitan di Jakarta, Surabaya, Malaysia, Singapura, Taiwan, Inggris, dan Thailand.