Petugas menyusun gading gajah hasil sitaan untuk ditampilkan sebelum dihancurkan di Bangkok, Thailand, Rabu, 26 Agustus, 2015. Otoritas Thailand menghancurkan lebih dari 2 ton gading gajah hasil sitaan untuk menghindari sanksi ekonomi karena gagal meredam peredaran barang ilegal di pasar gelap. AP/Sakchai Lalit
TEMPO.CO, Banda Aceh - Sekitar seratus orang dari berbagai komunitas pencinta satwa liar Aceh yang tergabung dalam Global Marching for Elephant, Rhino, and Tiger (GMFERT) Indonesia menggelar aksi di Banda Aceh, Sabtu, 3 Oktober 2015. Mereka menyerukan perlawanan terhadap perburuan dan perdagangan satwa sekaligus mengenang gajah Yongki.
Koordinator aksi, Cut Evrida Diana, mengatakan aksi ini merupakan bagian kampanye global penyelamatan satwa yang dilindungi, terutama gajah, badak, dan harimau. “Aksi serupa juga berlangsung di beberapa kota lain di dunia,” ucapnya.
Menurut Evrida, mereka juga mengenang gajah Yongki atas jasanya yang telah membantu pengamanan hutan Sumatera. Yongki, yang selalu bertugas melakukan patroli pengamanan hutan di Lampung, ditemukan mati dan gadingnya dicuri pada 18 September lalu. Yongki mati saat berusia 35 tahun.
“Pembunuhan Yongki menambah daftar panjang satwa yang mati karena perburuan,” ujar Evrida.
Untuk itu, komunitas pencinta satwa liar Aceh mengkampanyekan pentingnya menjaga keberlangsungan hidup satwa yang dilindungi tersebut. Perburuan satwa liar dinilai menjadi kejahatan dunia yang setara dengan kejahatan narkoba.
Kondisi perburuan sangat memprihatinkan, terutama di Sumatera dan Aceh. Lembaga konservasi dunia, International Union for Conservation of Nature, telah memasukkan badak, gajah, dan harimau Sumatera dalam daftar red list sebagai satwa dengan status terancam punah. Jumlah badak yang ada di Sumatera diperkirakan tidak lebih dari seratus ekor, harimau 400 ekor, dan gajah 1.700 ekor.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh Irwan Djohan menuturkan dalam aksinya, komunitas harus terus melakukan kampanye-kampanye untuk memberitahukan kepada semua pihak terkait dengan penyelamatan satwa. “Supaya yang belum mengetahuinya dapat tahu. Kadang kala yang tidak peduli itu karena tidak tahu,” katanya.
Aksi selama dua jam tersebut diikuti berbagai elemen masyarakat, juga polisi dan siswa. Mereka mengusung spanduk dan melakukan orasi untuk kampanye melawan perburuan dan perdagangan satwa.
ADI WARSIDI
Berita terkait
Xiumin Bakar Semangat Exo-L di Saranghaeyo Indonesia
5 menit lalu
Xiumin Bakar Semangat Exo-L di Saranghaeyo Indonesia
Xiumin kemudian menyapa penonton dari balik layar. "Hey, yo! Halo," kata dia. Seketika sorakan penonton kembali menggema dan memenuhi ruangan.