Kawasan distrik bisnis Singapura tampak diselimuti kabut asap terlihat dari tempat duduk penonton balap F1 GP Singapura di Singapura, 14 September 2015. ROSLAN RAHMAN/AFP/Getty Images
TEMPO.CO, Jakarta - Menanggapi protes dan keluhan Singapura mengenai memburuknya bencana kabut asap, Kepala Kantor Staf Kepresidenan Teten Masduki meminta pemerintah Singapura memahami kesulitan Indonesia. Menurut dia, pemerintah Indonesia masih terus berupaya memadamkan kebakaran hutan yang menjadi sumber bencana kabut asap itu.
"Saya kira Singapura harus memahami kesulitan kita dalam memadamkan api. Ini bukan suatu hal yang sederhana," kata Teten di kompleks Istana, Senin, 28 September 2015.
Teten menegaskan, pemerintah Indonesia tidak tinggal diam serta terus berupaya memadamkan api dan mencegah kebakaran. "Pemerintah tidak diam, bahkan sekarang memikirkan bagaimana kebakaran hutan yang terus terjadi selama 17 tahun ini bisa kita hentikan," ucapnya.
Salah satu upaya pencegahannya adalah mempertimbangkan menarik insentif ekonomi yang selama ini justru memicu kebakaran hutan. Indonesia, ujar Teten, menyadari, selain aspek teknis seperti lingkungan, ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya kebakaran.
Karena itu, menurut Teten, Singapura semestinya mengapresiasi upaya Indonesia itu. Apalagi selama ini Singapura sudah banyak menikmati pasokan oksigen dari Indonesia. "Singapura juga cukup menikmatilah selama ini suplai oksigen dari Indonesia," tuturnya.
Sebelumnya, Singapura mengajukan protes ke Indonesia terkait dengan asap kebakaran hutan yang mulai berimbas ke negara tersebut. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan telah berkomunikasi dengan Menlu Singapura untuk menjelaskan langkah-langkah yang sudah dijalankan Indonesia. "Indonesia sangat serius menyelesaikan masalah kebakaran hutan serta akan dibarengi dengan penegakan hukum dan pendidikan," ucap Retno.
KemenkopUKM Fokus Kembangkan Startup di Empat Sektor Unggulan
38 hari lalu
KemenkopUKM Fokus Kembangkan Startup di Empat Sektor Unggulan
Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menegaskan komitmennya untuk mengembangkan startup di empat sektor unggulan, yakni agribisnis, akuakultur, bisnis ramah lingkungan, dan teknologi.