Sebelum Dibunuh, Bocah SMP Ini Sempat Pamit ke Ayahnya
Editor
Dewi Rina Cahyani
Selasa, 1 September 2015 22:02 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Sebelum tewas di tangan SF, Pricila Dina, 15 tahun, sempat berpamitan kepada ayahnya, Matheus Teguh Diantoro, 43 tahun. Ia berpamitan untuk mengerjakan tugas kelompok bersama teman-teman satu sekolah di SMPN 51 Bandung .
Selaku orangtua Matheus tidak merasakan firasat apapun kalau anaknya akan meninggal dunia. Dirinya pun mengijinkan anaknya untuk pergi mengerjakan tugas kelompok itu.
Namun nahas, Pricila akhirnya meregang nyawa setelah dipukul oleh Palu di bagian kepala oleh SF, 12 tahun, di area pesawahan dekat perumahan Grand Sharon, jalan Inspeksi Kali Cidurian, Kelurahan Cipamokolan, Rancasari Kota Bandung, Senin 31 Agustus 2015 lalu.
Di mata keluarga, kata Matheus, Pricila termasuk anak yang pendiam. Dirinya tidak mengetahui ihwal adanya kedekatan antara Pricila dan SF. “Saya selaku ayahnya tidak melarang Pricila untuk mempunyai pacar. Silahkan masa kamu berteman sama perempuan aja, kalau bisa bawa ke rumah, ajak main ke rumah, ” ujar Matheus kepada Tempo di kediamannya di jalan Riung Purna VIII no 33, Riung Bandung, Selasa, 1 September 2015.
Sebelum kejadian, ia sempat mengantarkan anaknya ke sekolah karena ada upacara bendera. Saat sore, setelah berpamitan mengerjakan kerja kelompok, ayahnya mendapatkan kabar bahwa anaknya meninggal. Dirinya pun kaget mendengarkan hal itu. Ia mengaku tidak pernah menekan Pricila soal pergaulan.
Ditemui di tempat berbeda, Kepala SMPN 51 Bandung, Dikdik Setia Munardi, mengatakan selama sekolah Pricila termasuk anak yang aktif, dan tidak pernah tersandung kasus apapun di sekolahnya. “Sehabis kejadian itu, saya kumpulkan semua guru, lalu dicek apakah ada masalah sebelumnya, ternyata tidak ada,” ujarnya.
Dikdik mengatakan, orangtua Pricila termasuk protektif terhadap anaknya. Orantuanya sering memantau dan bertanya soal perkembangan anaknya di sekolah, dan memantau media sosial korban. “Tapi ya mungkin ini sudah musibah,” ucapnya.
Teman sekelas korban, Friska, 15 tahun juga membenarkan bawha sosok Pricila memang agak pendiam. Menurut Friska, Pricila jarang sekali main sehabis sekolah dan lebih baik pulang langsung ke rumahnya. “Dia jarang curhat, tapi ngobrol sama becanda mah suka,” ujarnya.
Menurut Kasatreskim Polrestabes Bandung AKBP Mohammad Ngajib mengatakan, dari hasil penyelidikan tersangka FS telah terbukti melakukan tindak pidana menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja. Motif pembunuhannya sendiri yakni merampas sebuah handphone android milik korban.
“Untuk sementara ini kita simpulkan memang sudah ada rencana untuk memiliki barang tersebut dan ditargetkan adalah korban tersebut (Pricila),” katanya kepada wartawan di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Selasa, 1 September 2015.
ADI PERMANA