BMKG: September, Musim Kemarau Akan Semakin Kering

Reporter

Selasa, 1 September 2015 09:18 WIB

Sejumlah warga mandi dan mencuci dari sumber mata air Gua Karst Rammang-rammang, Kabupaten Maros, Sulsel, 19 Agutus 2015. Saat musim kemarau warga sekitar memanfaatkan mata air karts untuk kebutuhan sehari-hari.TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta mendeteksi musim kemarau akan berlangsung semakin kering pada September 2015. Indeks El Nino kembali menguat dalam level moderat, naik 0,4 poin dibanding awal Agustus lalu.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Yogyakarta Teguh Prasetyo mengatakan, jika awal bulan lalu masih pada angka 1,5, indeks El Nino atau tingkat kenaikan suhu permukaan air laut pada akhir Agustus sudah naik menjadi 1,96. "Jadi kemarau semakin kering," ucap Teguh kepada Tempo, Senin, 31 Agustus 2015.

Kondisi musim kemarau yang akan semakin kering, ujar Teguh, akan berdampak pada sektor pertanian. Tidak hanya komoditas primer, seperti padi, yang terpengaruh, tapi juga komoditas sekunder, seperti sayur-mayur, yang merupakan tanaman pengganti sembari menunggu musim hujan tiba. "Sayur-mayur akan lebih banyak butuh air karena panas lebih terik,” tuturnya.

Naiknya indeks El Nino tersebut, kata Teguh, belum akan mempengaruhi faktor cuaca lain. Misalnya gelombang laut masih terpantau normal di bawah 2 meter, sehingga nelayan tetap dapat beraktivitas.

Teguh menjelaskan, dari perhitungan terakhir soal masa terbentuknya awan hujan, hujan diperkirakan akan turun pada awal November hingga Desember mendatang. Dia mengatakan belum ada indikator baru yang menunjukkan kemarau akan berakhir Oktober mendatang. “Paling cepat November," ucapnya.

Camat Tepus, Gunungkidul, Sukamto berujar, dari 83 pedukuhan yang ada di wilayahnya, hanya 30 dukuh yang terbebas dari kekeringan total. Adapun sisanya setiap hari harus mendapatkan bantuan air karena sumber air sudah mengering.

Adapun yang masih bisa melaksanakan kegiatan penanaman hanya ada di dua desa, yakni Purwodadi dan Sumberharjo. Sedangkan tiga desa lain sudah tak ada aktivitas penanaman. "Tanaman yang dibudidayakan sebatas buah dan sayur yang butuh sedikit air, seperti terong dan cabai keriting," tuturnya.

Kepala Seksi Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Gunungkidul Supriyadi mengatakan pengaruh musim kemarau mulai terlihat pada terus berkurangnya stok komoditas pangan yang ada di pedagang. Stok komoditas di Gunungkidul mulai berkurang karena sejumlah daerah yang selama ini menjadi pemasok mulai dilanda kekeringan.

Harga komoditas cabai rawit hingga kini belum menunjukkan penurunan, masih berkisar Rp 60 ribu per kilogram. Cabai rawit selama ini banyak dipasok Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

PRIBADI WICAKSONO




Berita terkait

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

13 jam lalu

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

Sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Thailand, mengalami panas ekstrem beberapa pekan ini. Suhu 40 derajat Celcius terasa 52 derajat Celcius.

Baca Selengkapnya

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

15 jam lalu

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

Saat tubuh terpapar suhu ataupun hawa panas, respons alami tubuh adalah dengan memproduksi keringat untuk mendinginkan diri.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

18 jam lalu

Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

Fenomena heatwave di sebagian wilayah Asia selama sepekan belakangan tidak terkait dengan kondisi suhu panas di Indonesia

Baca Selengkapnya

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

22 jam lalu

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

BMKG mencatat 106 kali gempa di Jawa Barat pada April 2024. Dari 6 guncangan yang terasa, gempa Garut M6,2 jadi yang paling besar.

Baca Selengkapnya

Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

23 jam lalu

Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

BMKG memastikan suhu panas di Indonesia masih bagian dari kondisi tahunan, seperti kemarau, bukan akibat heatwave.

Baca Selengkapnya

Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

23 jam lalu

Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

BMKG memprakirakan kondisi cuaca suatu area berdasarkan data numerik. Hujan ringan, sedang, dan lebat dibedakan berdasarkan intensitas airnya.

Baca Selengkapnya

Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

1 hari lalu

Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

Prakiraan cuaca BMKG memperkirakan cuaca Jakarta hari ini cerah berawan dan hujan ringan. Sebagian wilayah waspada potensi hujan disertai petir.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

1 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

1 hari lalu

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

Menurut Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, fenomena hawa panas memiliki karakteristik yang berbeda dan tak memenuhi kriteria sebagai gelombang panas.

Baca Selengkapnya

BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

1 hari lalu

BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

Fenomena gelombang panas (heatwave) seperti yang baru saja membekap wilayah luas di daratan Asia terjadi karena terperangkapnya udara panas

Baca Selengkapnya