Pengunjung memberi makan Jerapah (Giraffa Camelopardalis) asal Afrika bernama Moridtz yang berulang tahun keempat di Kebun Binatang Surabaya (KBS), Jawa Timur, 18 Juli 2015. Perayaan Hut jerapah tersebut dalam rangka memeriahkan liburan Lebaran di KBS. ANTARA/Zabur Karuru
TEMPO.CO, Surabaya – Kebun Binatang Surabaya (KBS) menggelar preview drama teater bertema “Berjuang Bersama dalam Pembenahan KBS”, untuk meramaikan libur panjang di akhir dan awal pekan ini. Drama teater menyambut Hari Kemerdekaan RI ke-70 itu diperankan dengan heroik oleh para staf dan karyawan kebun binatang tersebut, termasuk perawat dan dokter satwa serta petugas kebersihan.
Drama yang dipersiapkan sekaligus untuk perayaan 100 tahun usia Kebun Binatang Surabaya pada tahun depan itu mengisahkan perjuangan pasukan Indonesia dalam mempertahankan satwa koleksi saat terjadi Perang Asia-Pasifik. Mereka berperang melawan pasukan Jepang, dan diakhiri dengan pembacaan puisi.
Ryan Adi Djauhari, staf komunikasi di Kebun Binatang Surabaya, mengatakan bahwa drama dibuat dan dipentaskan sengaja untuk membangkitkan lagi sejarah-sejarah penting di Kebun Binatang Surabaya. “Yang dulu saja berjuang untuk mempertahankan satwa, masa sekarang kita yang tinggal menikmati tidak mau merawat,” katanya menerangkan saat ditemui di lokasi preview drama teater, Sabtu, 15 Agustus 2015.
Drama mengambil lokasi di empat titik. Bagian akhirnya adalah pembacaan puisi tentang kondisi Kebun Binatang Surabaya yang dibacakan oleh Siran, Kepala Sie Aves, dan Suwanto, Kepala Departemen Perawatan Satwa. “Puisi tersebut menceritakan tentang masa lalu biarlah berlalu, sama dengan satwa Kebun Binatang ada yang hidup, ada yang mati, tapi kami harus melihat ke depan dan harus lebih baik,” kata Ryan menguraikan.
Drama dimeriahkan dengan penggunaan properti seperti bambu runcing, bendera merah putih, mobil trooper, dan granat yang terbuat dari gabus. Material yang terakhir—juga minus letusan suara tembakan—digunakan agar tidak membuat satwa stress.
Drama sukses menarik perhatian banyak pengunjung. Mereka mengikuti jalannya cerita dari satu titik lokasi ke lokasi lain sekalipun matahari bersinar cukup terik. “Saya datang kesini mengajak cucu saya sama bundanya dan istri saya. Bagus drama teaternya, ada kesan perjuangan”, kata Kasri pengunjung asal Kabupaten Jombang.