Deretan hutan mangrove di sepanjang pantai Bama di Taman Nasional Baluran Situbondo Jawa Timur, (7/12). Selain hutan dan hewan liar, keindahan matahari terbit menjadi daya tarik Pantai Bama ini. TEMPO/Aris Andrianto
TEMPO.CO , Malang: Musim kemarau juga menyebabkan kekeringan di kawasan padang savana di Taman Nasional Baluran di Situbondo. Akibatnya, satwa kehabisan bahan makanan dan air minum.
Padang savana seluas 5 ribu hektare tersebut menjadi bahan makanan utama satwa liar seperti banteng liar, rusa, kijang, dan banteng Jawa. Pengamatan lembaga konservasi satwa dan hutan PROFAUNA menunjukkan sejumlah satwa mulai memakan umbi-umbian. "Satwa bisa bertahan makan umbi sampai dua bulan," ujar Ketua PROFAUNA, Rosek Nursahid, Jumat 31 Juli 2015.
Meski tak memakan rerumputan dan dedaunan, kata Rosek, satwa tetap bertahan hidup dengan minum yang memadai. Bahkan kerbau liar membutuhkan kubangan untuk berendam untuk menghindari dari paparan sinar matahari. "Kerbau liar bisa mati jika tak berendam," ujarnya.
Sejumlah danau dan kolam berisi genangan air cukup untuk memenuhi kebutuhan satwa. Namun, jika kolam air mengering dibutuhkan pasokan air dari luar kawasan. "Agustus diperkirakan dibutuhkan pasokan air dari luar," katanya.
Rosek sempat mengunjungi Baluran bulan lalu. Saat musim kemarau suhu di Baluran mencapai lebih dari 40 derajat Celsius. Taman Nasional seluas 25 ribu hektare ini dijuluki Africa Van Java. Kawasan Taman Nasional Baluran menjadi habitat banteng jawa, babi hutan, kerbau liar, rusa, kijang, burung merak dan aneka jenis burung.
Musim kemarau diprediksi berlangsung sampai tiga bulan ke depan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofsika Stasiun Kilimatologi Karangploso, Malang menyebutkan musim hujan mulai Oktober 2015 mendatang. "Musim kemarau bisa lebih panjang," kata Prakirawan BMKG Karangploso, Ahmad Lutfi.
Hujan akan turun merata pada November 2015. Pengamatan BMKG, hujan tak turun di Jawa Timur sejak Mei. Sedangkan curah hujan saat musim hujan nanti diprediksi lebih rendah dibanding tahun lalu. Menurutnya, musim kemarau kali ini bukan anomali tetapi sesuai pola cuaca.