Aktifitas perikanan di Ranu Lemongan, Desa Tegalrandu Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. TEMPO/David Priyasidharta
TEMPO.CO, Lumajang - Musim kemarau tahun ini telah menimbulkan dampak tak hanya krisis air bersih, tapi juga penyusutan air danau di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Setidaknya, ada 27 desa di enam kecamatan yang merasakan krisis air bersih ini.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang Purwanto mengatakan ada puluhan desa di Kecamatan Ranuyoso, Klakah, Kedungjanjang, Randuagung, Padang, dan Gucialit yang sedang mengalami krisis air bersih. "Kami konsentrasi di enam kecamatan ini," ujar Purwanto, Jumat, 31 Juli 2015.
Kondisi paling parah dirasakan warga Ranuyoso yang berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo. Menurut Purwanto, distribusi air bersih sudah dilakukan sejak awal Juli 2015. BPBD Lumajang memiliki tiga unit truk tangki air yang setiap hari mengirimkan air bersih ke desa-desa yang dilanda kekeringan itu.
"Pengiriman air ini hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar warga, seperti memasak dan minum," katanya. Pada puncak kemarau yang diperkirakan terjadi pada Oktober pihaknya akan mengalihkan distribusi ke wilayah utara, khususnya Ranuyoso.
Kawasan utara Lumajang menjadi langganan krisis air bersih tiap musim kemarau. Dalam kondisi seperti itu ribuan kepala keluarga hanya bergantung pada pasokan air dari pemerintah daerah. Sebab upaya pengeboran sumur memerlukan biaya besar.
Kemarau juga mengakibatkan penyusutan air di tiga ranu, yakni Ranu Lemongan, Ranu Pakis, dan Ranu Bedali di kaki Gunung Lemongan. Namun hingga sejauh ini, penyusutan itu tidak terlalu parah. Sempat terjadi fenomena koyo di Ranu Lemongan hingga menyebabkan ikan-ikannya mabuk. "Ikannya kelenger karena keracunan gas yang berasal dari dasar danau," katanya.