Jadi Capim KPK, Politikus PPP Ini Ingin Maksimalkan Pencegahan  

Reporter

Editor

Anton Septian

Senin, 6 Juli 2015 06:14 WIB

Anggota DPR Fraksi PPP Ahmad Yani. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Kader Partai Persatuan Pembangunan, Ahmad Yani, mengklaim tak memiliki konflik kepentingan di balik pencalonannya sebagai pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. Pengalamannya sebagai mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat juga tak akan menyanderanya jika kelak terpilih menjadi pimpinan KPK. “Saya ini kader parpol. Tapi saat ini saya sudah bukan pengurus lagi, maka saya maju,” ujarnya ketika dihubungi, Minggu, 5 Juli 2015.

Yani menjelaskan, pengalamannya sebagai pengurus PPP di era kepemimpinan Suryadhama Ali dianggap selesai pasca Muktamar PPP di Jakarta beberapa waktu lalu. Itu mengapa ia tak lagi berselera masuk dalam jajaran pengurus meski sempat ditawari posisi oleh Ketua Umum PPP kubu Romahurmuzziy maupun Djan Faridz. “Niat saya murni karena ingin ada perbaikan di KPK, bukan karena motif politis,” ujar mantan anggota Komisi Hukum DPR itu.

Proses seleksi calon pimpinan KPK sudah memasuki seleksi tahap pertama. Dari 611 berkas pendaftaran yang masuk meja panitia seleksi, sebanyak 194 di antaranya dinyatakan lolos administrasi. Beberapa kandidat di antaranya merupakan figur yang pernah mewarnai panggung politik di tanah air. Pegiat antikorupsi Indonesia Corruption Watch menilai pencalonan mereka patut disorot lantaran kerap melontarkan serangan kepada KPK.

Menurut Yani, jejak rekam seseorang sebagai mantan kader politik bukanlah ganjalan untuk maju dalam bursa pimpinan KPK. Bahkan, jalur itulah yang membuatnya mampu mengenal kelembagaan KPK lebih dekat. “Lima tahun saya diberi mandat partai menjadi anggota Komisi Hukum DPR. Sebagai mitra kerja KPK, saya selalu bersikap kritis, karena saya digaji negara dan diberi mandat rakyat untuk melakukan pengawasan,” katanya.

Bagi Yani, kelembagaan KPK ke depan perlu dibenahi dengan memaksimalkan peran pencegahan, supervisi, dan koordinasi. “Selama ini cenderung menitikberatkan pada aspek penindakan. Penindakan itu penting, tapi jangan sampai mengabaikan aspek yang lain,” ujarnya. Ia pun berharap KPK tak lagi melahirkan gesekan dengan lembaga penegak hukum yang lain. “KPK bukan predator polisi atau jaksa, tapi teman yang harus diharmonikan,” katanya.

Mantan calon anggota legislatif dari Hanura yang juga lolos tahap administrasi, Petrus Selestinus mengklaim hal serupa. Menurut dia, pengalamannya berkarier dalam jalur politik tak bisa dianggap sebagai alasan penghambat dalam bursa pimpinan KPK. “Saya tidak punya kepentingan apapun. Karena saya bukan pengurus dan tidak memiliki jabatan apapun di partai,” katanya. “Dan saya bisa mengukur diri saya sendiri,”

Saat menjadi anggota Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara, Petrus mengaku pernah disorot politikus Partai Demokrasi Indonesai Perjuangan lantaran keras mempersoalkan laporan harta dari pejabat yang tidak seusai dengan profil. “Waktu saya di KPKPN, saya dianggap orang PDIP. Tapi justru banyak pejabat dan menteri PDIP yang saya hajar. Saya bongkar tanpa tedeng aling-aling,” ujar mantan pengacara kasus 27 Juli itu.

RIKY FERDIANTO

Berita terkait

Nurul Ghufron Permasalahkan Masa Daluwarsa Kasusnya, Eks Penyidik KPK: Akal-akalan

8 menit lalu

Nurul Ghufron Permasalahkan Masa Daluwarsa Kasusnya, Eks Penyidik KPK: Akal-akalan

Eks penyidik KPK, Yudi Purnomo Harahap, menilai Nurul Ghufron seharusnya berani hadir di sidang etik Dewas KPK jika merasa tak bersalah

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

2 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Alexander Marwata Benarkan Pernyataan Nurul Ghufron Soal Diskusi Mutasi ASN di Kementan

10 jam lalu

Alexander Marwata Benarkan Pernyataan Nurul Ghufron Soal Diskusi Mutasi ASN di Kementan

Alexander Marwata mengaku membantu Nurul Ghufron untuk mencarikan nomor telepon pejabat Kementan.

Baca Selengkapnya

IM57+ Nilai Nurul Ghufron Panik

22 jam lalu

IM57+ Nilai Nurul Ghufron Panik

Nurul Ghufron dinilai panik karena mempermasalahkan prosedur penanganan perkara dugaan pelanggaran etiknya dan menyeret Alexander Marwata.

Baca Selengkapnya

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

23 jam lalu

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

Menurut KPK, keluarga SYL dapat dijerat dengan hukuman TPPU pasif jika dengan sengaja turut menikmati uang hasil kejahatan.

Baca Selengkapnya

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Mangkir tanpa Alasan, KPK: Praperadilan Tak Hentikan Penyidikan

1 hari lalu

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Mangkir tanpa Alasan, KPK: Praperadilan Tak Hentikan Penyidikan

KPK mengatakan, kuasa hukum Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor seharusnya berperan mendukung kelancaran proses hukum.

Baca Selengkapnya

Nurul Ghufron Sebut Nama Pimpinan KPK Lainnya Dalam Kasus Mutasi Pegawai Kementan

1 hari lalu

Nurul Ghufron Sebut Nama Pimpinan KPK Lainnya Dalam Kasus Mutasi Pegawai Kementan

Nurul Ghufron menyebut peran pimpinan KPK lainnya dalam kasus dugaan pelanggaran kode etik yang menjerat dirinya.

Baca Selengkapnya

Usai Tak Hadiri Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Gugatan ke PTUN Bentuk Pembelaan

1 hari lalu

Usai Tak Hadiri Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Gugatan ke PTUN Bentuk Pembelaan

Wakil KPK Nurul Ghufron menilai dirinya menggugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta bukan bentuk perlawanan, melainkan pembelaan diri.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

1 hari lalu

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menjelaskan perihal laporan dugaan pelanggaran etik yang ditujukan kepadanya soal mutasi ASN di Kementan.

Baca Selengkapnya

Tak Hadir Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Sengaja Minta Penundaan

1 hari lalu

Tak Hadir Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Sengaja Minta Penundaan

Nurul Ghufron mengatakan tak hadir dalam sidang etik Dewas KPK karena sengaja meminta penundaan sidang.

Baca Selengkapnya